Topik 3. Elaborasi Pemahaman PSE (Pembelajaran Sosial Emosional)

                                                                Topik 3. Elaborasi Pemahaman

Social Emotional Learning

Setelah melakukan role play dan mengamati jalannya proses role play, sekarang saatnya kita mendiskusikan dan mengevaluasi bagian mana yang sudah baik dan masih kurang dalam proses role play tersebut.

Pertanyaan pemantik untuk diskusi:

1.        Apa saja hal-hal yang sudah baik dilakukan dalam proses role play tersebut?

Jawaban:

Dalam kegiatan role play yang telah dilakukan, guru model sangat baik dalam memberikan motivasi di awal pembelajaran. Hal tersebut menimbulkan semangat belajar yang tinggi bagi peserta didik untuk mengikut pembelajaran, Dilanjutkan dengan pemberian stimulus yang merangsang ingin tahu peserta didik dan dilanjutkan dengan memberikan solusi berupa melakukan percobaan. Kegiatan ini dibimbing guru dengan sangat baik. Sampai pada kegiatan analisa data setelah praktikum yang menciptakan diskusi menarik untuk setiap kelompok.

 

2.        Apa saja hal-hal yang masih belum maksimal dilakukan dalam proses role play tersebut?

Jawaban:

Yang belum maksimal dilakukan dalam role play yaitu belum adanya kegiatan kesimpulan di akhir pembelajaran dikarenakan keterbatasan waktu dan banyaknya peserta didik yang antusias untuk bertanya kepada guru bahkan sampai pembelajaran telah ditutup oleh guru.

 

3.        Bagaimana sebaiknya saya dapat membuat metode dan siklus lebih sinkron satu sama lain?

Jawaban:

Perlu melakukan analisa terkait CP pada topik yang akan diambil dan melakukan analisa terkait karakteristik materi pada topik tersebut sehingga dapat menetapkan tujuan yang jelas terkait apa yang ingin dipelajari dari pengalaman yang akan diberikan kepada peserta didik. Dari hal tersebut, kemudian guru menentukan asesmen yang akan digunakan. Selanjutnya guru menentukan model dan metode yang tepat untuk menerapkan siklus dari experiential learning. Hal yang dilakukan selanjutnya yaitu merancang kegiatan yang akan dilakukan dengan mengintegrasikan kompetensi SEL yang tepat dan mengikuti siklus experiential learning.

 

4.        Bagaimana saya menempatkan pihak terkait seperti rekan sejawat dan orangtua dalam proses experiential learning?

Jawaban:

Saya menempatkan rekan sejawat sebagai partner dalam merancang dan memberikan umpan balik terkait experiential learning. Perancangan yang dilakukan dengan teman sejawat menemukan ide-ide baru mengenai aktivitas yang akan saya masukkan dalam untuk rancangan pembelajaran.

Selain itu pula, rekan sejawat dan orang tua berperan penting sebagai fasilitator dalam kegiatan experiential learning. Misalnya seperti meminta peserta didik untuk menanyakan kepada orang tua perempuan atau rekan guru terkait pertanyaan berikut: a) apakah Ibu pernah mengempukkan daging menggunakan daun pepaya atau buah nanas? b) bagaimana hasil daging yang diberi perlakuan tersebut? c) apakah Ibu mengetahui mengapa daun pepaya atau buah nanas dapat mengempukkan daging?

Kegiatan yang melibatkan orang tua dan guru lainnya dapat meningkatkan hubungan yang baik antara peserta didik dengan orang tua maupun guru-guru, meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik, memberikan peserta didik berbagai perspektif dan pengalaman serta meningkatkan keterampilan kolaborasi dan komunikasi peserta didik.

 

5.        Hal apa yang sebaiknya saya rencanakan untuk memaksimalkan proses experiential learning tersebut?

Jawaban:

Untuk memaksimalkan proses experiential learning, saya lakukan dengan cara-cara berikut.

·         Perlu melakukan analisa terkait CP pada topik yang akan diambil dan melakukan analisa terkait karakteristik materi pada topik tersebut sehingga dapat menetapkan tujuan yang jelas terkait apa yang ingin dipelajari dari pengalaman yang akan diberikan kepada peserta didik.

·         Merancang kegiatan dengan memperhatikan komponen SEL dan siklus experiential learning dan keterlibatkan rekan sejawat dan orang tua.

·         Rancang pengalaman yang menarik dan menantang bagi peserta didik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna.

·         Mempersiapkan materi dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung pengalaman.

·         Setelah pembelajaran, saya lakukan dengan meminta rekan guru untuk memberikan umpan balik dan melakukan refleksi sehingga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan experiential learning yang telah dilakukan.

 

6.        Bagaimana sebaiknya saya merefleksikan pemahaman saya dalam revisi RPP saya?

Jawaban:

Untuk merefleksikan pemahaman saya dalam revisi RPP, saya dapat menanyakan kepada diri saya sendiri terkait pertanyaan-pertanyaan berikut:

·            Apakah saya memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?

·            Apakah kegiatan pembelajaran yang saya rancang sesuai dengan tujuan pembelajaran?

·            Apakah metode penilaian yang saya gunakan tepat untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran?

·            Apakah sumber belajar yang saya pilih memadai dan mudah diakses oleh peserta didik?

Dengan menanyakan sendiri hal-hal tersebut membuat saya lebih menyadari kekurangan dan kelebihan RPP yang saya rancang sehingga saya dapat melakukan revisi RPP secara menyeluruh. Hal selanjutnya yang saya lakukan yaitu menghubungkan revisi RPP dengan praktik pembelajaran yang telah dilakukan, yaitu dengan mengingat kembali apakah ada kegiatan yang sudah dan kurang tepat dilakukan selama praktik pembelajaran. Selain itu saya juga meminta masukkan dari teman sejawat saya untuk meninjau RPP yang telah direvisi dan meminta untuk diberikan masukkan. Masukan dari orang lain dapat membantu mengidentifikasi kekurangan dan potensi perbaikan dalam RPP saya.

Lembar Kerja 3.2 Experiential Learning

 Lembar Kerja 3.2 Experiential Learning

1.        Apa yang dimaksud dengan experiential learning?

Jawab:

Experiential learning adalah suatu pembelajaran yang mengutamakan pengalaman langsung peserta didik dalam mempelajari suatu konsep atau keterampilan. Metode ini mengajarkan peserta didik untuk belajar melalui pengalaman nyata dan langsung yang melibatkan interaksi mereka dengan dunia nyata, sehingga peserta didik dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam dan keterampilan yang lebih luas. Dalam experiential learning, peserta didik terlibat dalam aktivitas atau proyek yang mengharuskan mereka untuk berpikir, merencanakan, melakukan, dan merefleksikan tindakan mereka. Tujuan dari metode ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentang materi yang dipelajari, serta mengembangkan keterampilan seperti berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kepemimpinan.

Experiential Learning melibatkan dua cara mendapatkan pengetahuan yaitu Concrete experience (pengalaman konkret) dan Abstract Conceptualization (Konseptualisasi abstrak). SEL juga melibatkan dua cara transformasi pengetahuan yaitu Reflective observation (observasi reflektif) dan active experimentation (Eksperimentasi aktif), dimana individu melakukan observasi dan bisa menjelaskan peristiwa yang terjadi disertai pemahaman, dan kemudian aktif mempraktikkan.

 

2.        Bagaimana peran guru dalam experiential learning?

Jawab:

Guru berperan sebagai fasilitator, guru juga berperan merancang pengalaman belajar yang bermakna. Dalam kegiatan merancang tersebut, penting bagi guru untuk merancang pembelajaran yang kreatif sehingga dapat menjadi pendorong kreativitas peserta didik. Untuk dapat merancang pengalaman belajar yang bermakna, guru perlu memberikan materi sesuai dengan tuntutan zaman. Guru juga bertanggung jawab memberikan umpan balik pada peserta didik dan menjadi teladan dalam hal mengembangkan pengetahuan.

 

3.        Bagaimana model holistic pembelajaran dari Kolb?

Jawab:

Model holistic dalam proses pembelajaran menekankan peserta didik untuk aktif mengembangkan dirinya melalui pengalaman nyata dan menjadi peran utama dalam proses pembelajaran. Model ini menekankan pentingnya pengalaman langsung, refleksi, pembentukan konsep, dan penerapan dalam situasi nyata untuk menciptakan siklus pembelajaran yang berkelanjutan. Model holistic pembelajaran dari Kolb, yang disebut juga siklus pembelajaran Kolb, terdiri dari empat langkah yang saling terkait: pengalaman konkret (concreate experience), refleksi observasional (reflection observation), konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization), dan eksperimen aktif (active experimentation). Berikut masing-masing penjelasannya.

a.       Concreate experience

Pengalaman konkret adalah tahap pertama dalam proses Experiential Learning yang melibatkan pengalaman langsung dan nyata. Pada tahap ini, peserta didik terlibat dalam situasi yang memerlukan interaksi, tindakan, dan pengamatan langsung. Pengalaman konkret dapat berupa kegiatan lapangan, simulasi, atau pengalaman langsung dalam situasi nyata.

Tujuan dari pengalaman konkret adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami pembelajaran langsung dan praktis. Dalam situasi pengalaman konkret, peserta didik dapat memperoleh pengalaman yang tidak dapat diperoleh melalui pembelajaran teori atau pengamatan dari luar. Mereka dapat merasakan pengalaman yang sebenarnya dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang situasi yang mereka hadapi.

b.      Reflection observation

Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mempertimbangkan kembali pengalaman yang telah mereka alami, mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari, dan mengidentifikasi bagaimana pengalaman tersebut dapat membantu mereka dalam konteks yang lebih luas. Tujuan dari tahap refleksi adalah untuk membantu peserta didik memperdalam pemahaman mereka tentang pengalaman yang mereka alami. Dengan merenungkan kembali pengalaman konkret, peserta didik dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri, belajar dari kesalahan yang telah mereka buat, dan memperoleh keterampilan dan pemahaman yang lebih luas.

c.       Abstract conceptualization

Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengidentifikasi pola dan tema yang muncul dari pengalaman konkret dan refleksi mereka, dan kemudian menghubungkannya dengan konsep-konsep yang relevan dalam bidang studi atau pekerjaan mereka. Tujuan dari tahap konseptualisasi adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang konsep-konsep yang terkait dengan pengalaman konkret mereka, dan untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan untuk menghubungkan pengalaman konkret mereka dengan konsep-konsep tersebut. Dalam melakukan konseptualisasi, peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana konsep-konsep yang terkait dengan pengalaman konkret mereka dapat diterapkan dalam kehidupan dan karir mereka.

d.      Active experimentation

Pada tahap ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mencoba berbagai strategi dan tindakan baru yang didasarkan pada pemahaman dan konsep-konsep yang mereka pelajari dari pengalaman konkret mereka. Tujuan dari tahap implementasi adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri yang lebih besar dalam menghadapi tantangan dan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dan karir mereka. Dengan menerapkan pemahaman dan konsep-konsep yang mereka pelajari dari pengalaman konkret mereka, peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang cara kerja bidang studi atau pekerjaan mereka, dan mengembangkan keterampilan yang lebih efektif dalam menangani situasi yang berbeda.

 

 

 

 

 

4.        Tuliskan hal-hal yang sudah Anda ketahui sebelumnya mengenai experiential learning!

Jawab:

Sebelumnya, saya sudah mengetahui bahwa experiential learning adalah pendekatan pembelajaran yang efektif dalam memfasilitasi pemahaman dan penerapan konsep-konsep baru. Saya juga sudah mengetahui bahwa model siklus pembelajaran Kolb merupakan salah satu pendekatan utama dalam experiential learning, yang menekankan pentingnya pengalaman langsung, refleksi, konseptualisasi, dan penerapan. Pembelajaran experiential learning adalah belajar dari pengalaman atau learning by doing, sebagaimana guru terbaik adalah pengalaman.


 

5.        Tuliskan hal-hal baru yang Anda pelajari dari video yang telah diberikan tautannya pada Anda sebelumnya!

Jawab:

Pada video 1 membahas tentang Kolb Learning Cycle. Dimana siklus belajar menurut experiental learning dimulai dari sebuah pengalaman konkret (Concreate Experience) yang dilanjutkan proses refleksi dan observasi (Reflective Observation) terhadap pengalaman tersebut. Hasil refleksi ini akan diasimilasi/diakomodasi dalam struktur kognitif (Abstact Conceptualization), selanjutnya dirumuskan suatu hipotesis baru untuk diuji kembali pada situasi (Active Experimentation). Hasil eksperimen akan menuntun kembali pembelajaran menuju tahap pengalaman konkret (Concreate Experience).

Pada video 2 membahas tentang learning by doing dimana untuk mempelajari hal-hal yang kita belum ketahui sebelumnya dapat dilakukan dengan mempraktekkan secara langsung. Pembelajaran ini dilakukan dengan mengikuti siklus dari experiential learning yaitu doing, reflecting, dan applying.  Model pembelajaran learning by doing ini terdiri dari 5 tahapan yaitu experience, share, process, generalize, apply, dan kemudian kembali ke tahap awal yaitu experience.


6.        Apa hal-hal yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Jawab:

Yang ingin saya ketahui lebih lanjut yaitu hubungan antara experiential learning dengan sosial emosional dan pengaruhnya terhadap pembelajaran serta strategi yang tepat dalam merancang dan mengimplementasi experiential learning

 

Kesimpulan

Experiential learning ini menempatkan pengalaman langsung sebagai inti dari proses pembelajaran. Dalam konteks ini, guru berperan sebagai fasilitator yang merancang pengalaman belajar yang bermakna dan kreatif, sementara peserta didik terlibat secara aktif dalam pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi, dan penerapan konsep dalam situasi nyata. Model siklus pembelajaran Kolb, yang menekankan empat tahap tersebut, menjadi landasan utama dalam pendekatan ini.

Melalui experiential learning, peserta didik tidak hanya memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang materi yang dipelajari, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang relevan dan berguna dalam kehidupan dan karier mereka. Namun, tantangan dalam merancang dan mengimplementasikan experiential learning melibatkan pemahaman yang mendalam tentang aspek sosial-emosional peserta didik dan strategi yang efektif untuk menghadapinya. Sebagai mahasiswa, penting untuk memahami secara menyeluruh konsep-konsep ini dan mencari cara untuk mengaplikasikannya dalam pembelajaran dan pengembangan diri secara efektif.

 

Topik 2-Filosofi Pendidikan Indonesia_PPG Prajabatan 2023

Filosofi Pendidikan Indonesia_PPG Prajabatan 2023

 1. Topik 2 Demonstrasi Kontekstual-Dasar-dasar Pemikiran Ki Hadjar Dewantara


https://youtu.be/PqpNjQwxRqI


2. Topik 2-Koneksi Antar Materi - Pendidikan Nilai dan Sosial Budaya

https://youtu.be/0ROZxQLwnns

Topik 1 Koneksi Antar Materi - Prinsip Understanding by Design





Topik 1 Koneksi Antar Materi - Prinsip Understanding by Design
Mata kuliah : Prinsip Pengajaran dan Asesmen 1
PPG Prajabatan Gelobang 1 2023






 

Penggunaan Sifat Koligatif Larutan dalam Kehidupan Sehari-hari

Penggunaan Sifat Koligatif Larutan dalam Kehidupan Sehari-hari


1.     Pada penyerapan air

Air sekitar tanaman akan masuk dalam tanaman melalui akar. Hal itu terjadi karena air dalam tanaman mengandung zat-zat terlarut yang menyebabkan konsentrasi lebih tinggi dari pada air di sekitar tanaman sehingga air tanaman itu hipotonis. Oleh karena itu, para petani dalam pemberian pupuk pada tanaman tidak boleh berlebihan.Hal itu perlu di lakukan karena kelebihan pupuk pada tanaman justru dapat menyebabkan tanaman itu mati. Kematian tersebut disebabkan air dalam tanaman hipertonik dan air tanaman keluar dari tanaman. Hal ini berkaitan dengan tekanan osmosis.

2.     Pada proses desalinasi (mengolah air laut menjai air tawar)

Pada proses ini digunakan prinsip osmotic balik yaitu pelarut bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dengan memberikan tekanan sebesar tekanan pada air laut.

3.     Pada laut mati

Laut mati adalah contoh dari terjadinya penurunan tekanan uap pelarut oleh zat terlarut yang tidak mudah menguap. Air berkadar garam sangat tinggi ini terletak di daerah gurun yang sangat panas dan kering, serta tidak berhubungan dengan laut bebas, sehingga konsetrasi zat terlarutnya semakin tinggi. Pada saat kita berenang di laut mati kita tidak akan tenggelam karena konsentrasi zat terlarutnya yang sangat tinggi. Berkaitan dengan penurunan tekanan uap.

4.     Membuat campuran pendingin

Cairan pendingin adalah larutan berair yang memiliki titik beku jauh di bawah 0°C. Cairan pendingin digunakan pada pabrik es, juga di gunakan untuk membuat es putar. Cairan pendingin dibuat dengan melarutkan berbagai jenis garam ke dalam air. Peristiwa ini memiliki prinsip penurunan titik beku larutan. Yaitu dalam pembuatan es putar, dingin dari esbatu akan berpindah ke 9 larutan es putar sehingga menjadikan es putar akan mengalami pembekuan

5.     Antibeku pada radiator mobil

Di daerah yang beriklim dingin,kedalam air radiator biasanya di tambahkan etilen glikol. Di daerah beriklim dingin, air radiator mudah membeku. Jika keadaan ini di biarkan, maka radiator kendaraan akan cepat rusak. Dengan penambahan etilen glukol kedalam air radiator diharapkan titik bekuair dalam radiator menurun,dengan kata lain tidak mudah membeku.

6.     Pada mesin cuci darah

Pasien penderita gagal ginjal harus menjalani terapi cuci darah. Proses ini menggunakan proses dialysis, yaitu proses perpindahan molekul kecil-kecil seperti urea melalui membrane semipermiabel dan masuk ke cairan lain, kemudian di buang. Membran tak dapat di tembus oleh molekul besar seperti protein sehingga akan tetap berada di dalam darah.

7.     Pengawetan makanan

Garam dapur di gunakan untuk mengawetkan makanan. Garam dapat membunuh mikroba penyebab makanan busukyang berada di permukaan makanan. Hal ini berkaitan dengan proses osmosis. Yaitu dengan adanya garam menjadikan makanan bersifat hipertonis, sehingga menjadikan kuman mengalami dehidrasi lalu mati, karena cairan tubuh kuman lebih hipertonik di bandingkan dengan sifat makanan.

8.     Membasmi lintah

Garam dapat membasmi hewan lunak seperti lintah. Hal ini karena garam yang di taburkan pada permukaan tubuh lintah mampu menyerap air yang ada dalam tubuh sehingga lintah akan kekurangan air dalam tubuhnya. Peristiwa ini berkaitan dengan proses osmotik.

  

Beberapa Cara Reduksi Didaktik

Beberapa Cara Reduksi Didaktik

 

Tahap reduksi didaktik merupakan tahap untuk mengurangi tingkat kesulitan bahan ajar, pada proses ini bahan ajar direduksi secara didaktis dengan pertimbangan aspek psikologis dan keilmuan, agar bahan ajar yang telah direduksi dapat dipahami oleh peserta didik dengan mudah. Beberapa cara mereduksi tingkat kesulitan bahan ajar dengan reduksi didaktik.

1.        Kembali kepada tahapan kualitatif

Suatu eksplanasi pedagogik atau ekplanasi ilmiah bila di presentasikan dalam bentuk data kuantitatif (angka-angka) hampir selalu dalam keadaan yang lebih kompleks dan sulit, maka perlu disajikan dalam bentuk kualitatif (kata-kata) pula sehingga lebih memudahkan peserta didik untuk memahaminya.

2.        Pengabaian

Ekplanasi pedagogik yang rumit dan kompleks dapat disampaikan dengan kalimat yang sederhana atau mengalami pengabaian tetapi tidak menghilangkan makna atau tidak membuat miskonsepsi.

3.        Penggunaan penjelasan berupa gambar, simbol, sketsa, dan percobaan
(eksperimen)

Pembelajaran dengan menggunakan gambar, simbol, sketsa dan percobaan dapat membantu peserta didik memahami materi sebab peserta didik dapat melihat langsung dan mengimajinasikan konsep yang sedang mereka pelajari.

4.        Penggunaan analogi

Ilmu kimia merupakan ilmu yang abstrak maka untuk mempermudah peserta didik dalam memahami materi maka dapat menggunakan analogi. Analogi adalah pengibaratan suatu yang sulit dipahami dengan sesuatu yang lebih mudah dipahami. Namun analogi yang dibuat harus sama dengan konsep target bila tidak sama maka akan menyebabkan miskonsepsi bagi peserta didik.

5.        Penggunaan tingkat perkembangan sejarah

Ilmu pengetahuan berkembang mulai dari konsep yang sederhana hingga pengetahuan yang sulit saat ini. Penggunaan konsep-konsep yang sederhana (ilmu pengetahuan lama) akan membantu peserta didik memahami konsep saat ini yang disebut modern. Penggunaan jenis reduksi ini harus memerlukan pembelajaran berkelanjutan agar tidak terjadi miskonsepsi.

6.        Generalisasi

Berbagai hasil pemikiran dan penelitian seluruhnya ditulis dalam bentuk kesimpulan (proses induksi) yang menggambarkan seluruh hasil pemikiran dan penelitian tersebut. Dengan membuat generalisasi dari data-data yang kompleks dan rumit akan mempermudah peserta didik dalam memahami informasi tersebut.

7.        Partikularisasi

Partikularisasi adalah pemilihan informasi dari konsep yang memiliki informasi yang banyak (kompleks) menjadi bagian-bagian yang sederhana sehingga memudahkan peserta didik memahami informasi tersebut.

8.        Pengabaian perbedaan pertanyaan konsep

Cara reduksi ini diperlukan karena banyak istilah-istilah ilmiah dalam kehidupan sehari-hari. Istilah-istilah ini begitu sering digunakan sehingga dianggap lebih mudah dipahami oleh peserta didik, misalnya “panas” maksudnya adalah temperature maka hal ini diabaikan asal tidak menimbulkan miskonsepsi bagi peserta didik.

Kegunaan Konsep Asam Basa

Kegunaan Konsep Asam Basa



Asam dan basa penting dalam makhluk hidup karena sebagian besar enzim dapat melakukan tugasnya hanya pada tingkat keasaman tertentu. Sel mengeluarkan asam dan basa untuk mempertahankan pH yang tepat agar enzim dapat bekerja. Misalnya, setiap kali Anda mencerna makanan, asam dan basa bekerja di sistem pencernaan Anda. Pertimbangkan lingkungan asam lambung. Lingkungan asam membantu pencernaan makanan. Enzim pepsin yang membantu memecah protein di perut hanya bisa berfungsi optimal di lingkungan pH rendah. Lambung mengeluarkan asam kuat yang memungkinkan pepsin bekerja, dan perut melakukan tugasnya. Namun, ketika isi lambung masuk ke usus halus, asam tersebut harus dinetralisir. Ini karena enzim di usus kecil membutuhkan lingkungan dasar untuk bekerja. Sebuah organ yang disebut pankreas mengeluarkan basa kuat ke dalam usus kecil, dan basa ini menetralkan asam.

Asam-asam dan basa-basa tidak hanya penting pada reaksi yang dilakukan di laboratorium, tetapi juga pada proses-proses yang terjadi di sekeliling kita, dari proses-proses industri sampai ke lingkungan maupun proses yang terjadi pada sistem biologi. Sebagai contoh, kemampuan lingkungan akuatik untuk mendukung kehidupan ikan dan tanaman, terbawanya polutan-polutan udara bersama-sama air hujan, dan laju reaksi-reaksi yang menjaga kehidupan kita, sangat bergantung pada keasaman atau kebasaan larutan.

Kimia dari tubuh kita diatur oleh asam dan basa. Asam laktat suatu produk dari metabolisme glukosa dapat dibentuk dalam otot selama latihan. Asam karbonat dan ion bikarbonat merupakan buffer untuk reaksi-reaksi biokimia. Sejumlah besar kimia dipahami melalui reaksi asam – basa.

Ketika kita membuat rumah, kita menggunakan semen. Semen dibuat dari basa kalsium hidroksida. Basa pun dapat kita temukan pada aneka bahan pembersih dan ketika membuat kue. Pada saat membuat kue, kita sering menambahkan baking soda agar kue yang kita buat mengembang. Baking soda merupakan suatu basa. Karena pentingnya asam dan basa dalam kehidupan kita sehari-hari, maka perlu dipelajari sifat-sifat dan  reaksi-reaksinya serta keseimbangan asam dan basa tersebut, karena gangguan terhadap keseimbangan asam basa dapat mempengaruhi kelangsungan hidup makhluk hidup.

Kumpulan Ebook Kimia PDF

 Kumpulan Ebook Kimia


Kumpulan ebook kimia dapat diunduh pada link berikut.

Kimia Organik : Ebook Kimia Organik

Kimia Fisika : Ebook Kimia Fisika

Kimia Analitik : Ebook Kimia Analitik

Kimia Anorganik : Ebook Kimia Anorganik


Download Ebook Kimia PDF

Perbedaan antara Mendidik, Mengajar, dan Melatih Dilihat dari Dimensi Tujuan, Proses, dan Hasil

Perbedaan antara Mendidik, Mengajar dan Melatih


Wijanarko (2017) mengemukakan bahwa “Mendidik adalah menyampaikan pengajaran, norma-norma dan nilai-nilai hidup, aturan serta hukum maupun cerita-cerita juga pengalaman yang mengandung didikan”. Menurut Darji Darmodiharjo (dalam Uyoh, 2010), “Mendidik menunjukkan usaha yang lebih ditujukkan kepada budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketakwaan, sedangkan “Mengajar yaitu memberi pelajaran tentang berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemampuan berpikirnya”, serta “Melatih yaitu usaha untuk memperoleh keterampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi mekanisme atau pembiasaan”. Adapun menurut Zaenab (2015), “Melatih merupakan sebuah keterampilan atau kecakapan hidup (life skills). Melatih dilakukan dengan cara menjadi contoh (role model) serta teladan dalam hal moral juga kepribadian”. Jadi dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat kita simpulkan bahwa mendidik bukan hanya memberikan aspek pengetahuan kepada para peserta didik, tetapi juga bagaimana mengantarkan mereka kepada kondisi kejiwaan yang semakin bertaqwa dan beriman kepada Allah SWT. Sedangkan mengajar lebih menekankan pada pemberian ilmu pengetahuan untuk pengembangan kemampuan penalaran dan melatih lebih menekankan pada pengembangan kemampuan dengan cara melatih berbagai keterampilan.

Menurut Suparlan (2008) dan Suyitno (2017), perbedaan-perbedaan antara mendidik, mengajar dan melatih yaitu:

Mendidik: Mendidik dari segi tujuan adalah untuk membantu peserta didik kearah kedewasaan, memanusaikan manusia dan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dari segi isi, mendidik sangat berkaitan dengan moral dan kepribadian. Jika ditinjau dari segi proses, maka mendidik berkaitan dengan memberikan motivasi untuk belajar dan mengikuti ketentuan atau tata tertib yang telah menjadi kesepakatan bersama, selain itu juga melakukan mendidik/membimbing, kegiatan mengajar dan melatih. Kemudian bila ditinjau dari segi strategi dan metode yang digunakan, mendidik lebih menggunakan keteladan dan pembiasaan. Jika ditinjau dari segi hasil, peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia, menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain serta memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mengajar: Jika ditinjau dari segi isi, maka mengajar berupa bahan ajar dalam bentuk ilmu pengetahuan. Dari segi tujuan, mengajar bertujuan untuk menyampaikan ilmu pengetahuan dan melatih pola pikir peserta didik agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir ilmiah. Dari segi proses, berlansung kegiatan mengajar atau transfer of knowledges. Strategi dan metode yang dapat digunakan untuk mengajar misalnya ekspositori dan inkuiri. Jika ditinjau dari segi hasil, peserta didik mendapatkan ilmu pengetahuan sehingga kemampuan kognitifnya berkembang dan terlatih pola pikirnya serta berwawasan luas.

Melatih: Melatih bila ditinjau dari segi isi adalah berupa keterampilan atau kecakapan hidup (life skills). Dari segi tujuan yaitu mengembangkan keterampilan-keterampilan pada peserta didik.  Bila ditinjau dari prosesnya, maka melatih dilakukan dengan menjadi contoh (role model) dan teladan dalam hal moral dan kepribadian, hanya berlangsung satu kegiatan saja yaitu kegiatan melatih (transfer of skills). Sedangkan bila ditinjau dari strategi dan metode yang dapat digunakan, yaitu melalui praktik kerja, simulasi, dan magang. Jika ditinjau dari segi hasil, maka terbentuklah peserta didik-peserta didik yang memiliki/menguasai/meningkatkan keterampilan atau kecakapan hidup dalam bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 



Referensi:

Suparlan. (2008). Menjadi Guru Efektif. Yogyakarta: Hidayat.

Suyitno. (2017). Pedagogik Teoritis dan Praktis. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Uyoh, Sadulloh. (2010). Pedagogik (Ilmu Mendidik). Bandung: Alfabeta.

Wijanarko, Jarot. (2017). Memaksimalkan Otak Anak Anda. Jakarta Selatan: Keluarga Indah Bahagia.

Zaenab, Siti. (2015). Profesionalisme Guru PAUD Menuju NTB Bersaing: (Pengantar Manajemen Pendidikan, Praktik, Teori, dan Aplikasi). Yogyakarta: Deepublish.