Showing posts with label PPG Prajabatan 2023. Show all posts
Showing posts with label PPG Prajabatan 2023. Show all posts

Topik 2 PPDP Demonstrasi Kontekstual

Topik 2

Demonstrasi Kontekstual

Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya (PPDP)

 


1.   Menurut Anda, apa saja hal yang harus dipertimbangkan dalam membuat perencanaan pembelajaran yang ideal untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada peserta didik?

Jawab:

Menurut saya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan kembali oleh guru dalam membuat perencanaan pembelajaran, diantaranya:

a.         Tujuan Pembelajaran

Sebagai guru perlu menentukan tujuan yang jelas dan spesifik untuk setiap sesi pembelajaran. Tujuan yang baik akan membantu mengarahkan kegiatan pembelajaran dan memastikan bahwa peserta didik mencapai hasil yang diharapkan.

b.      Latar belakang, perkembangan, dan kesiapan peserta didik

Guru perlu mengenai latar belakang etnis, budaya dan status sosial peserta didik, serta tahap perkembangan dan kesiapan peserta didik (minat, motivasi, gaya belajar) sehingga guru dapat mengenali kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dengan memahami peserta didik secara individu, guru dapat merancang pembelajaran yang relevan dan menarik bagi mereka serta sesuai dengan yang dibutuhkan peserta didik.

c.         Konten Pembelajaran

Guru perlu memilih konten yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan peserta didik. Pastikan konten tersebut relevan, akurat, dan dapat diakses oleh peserta didik. Gunakan berbagai sumber daya seperti buku teks, materi online, dan materi audiovisual untuk mendukung pembelajaran.

d.         Metode Pembelajaran

Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan peserta didik. Gunakan pendekatan yang beragam seperti ceramah, diskusi kelompok, studi kasus, atau proyek kolaboratif. Hal ini akan membantu meningkatkan keterlibatan peserta didik dan memfasilitasi pemahaman yang lebih baik.

e.         Evaluasi Pembelajaran

Merencanakan asesmen yang sesuai untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran. Guru dapat menggunakan berbagai instrumen penilaian seperti tes, tugas, atau proyek untuk mengukur pemahaman peserta didik. Asesmen yang dirancang dengan baik akan memberikan umpan balik yang berguna bagi peserta didik dan membantu guru dalam mengevaluasi efektivitas pembelajaran.

f.          Keselamatan dan Kesehatan

Memastikan bahwa lingkungan pembelajaran aman dan sehat bagi peserta didik. Pertimbangkan faktor-faktor seperti kebersihan, keamanan, dan kenyamanan ruang belajar. Juga, perhatikan kebutuhan khusus peserta didik seperti aksesibilitas bagi peserta didik dengan disabilitas.

g.         Keterlibatan Peserta Didik

Melibatkan peserta didik dalam perencanaan pembelajaran. Berikan mereka kesempatan untuk memberikan masukan, berbagi pendapat, dan mengambil bagian aktif dalam proses pembelajaran. Ini akan meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, diharapkan kita sebagai guru dapat membuat perencanaan pembelajaran yang ideal yang berpihak pada peserta didik. Perencanaan yang baik akan membantu menciptakan pembelajaran yang efektif, menarik, dan relevan bagi peserta didik.

 

2.      Menurut Anda, apa kriteria perencanaan pembelajaran yang ideal? Mengapa?

Jawab:

Terdapat dua kriteria perencanaan pembelajaran yang ideal, diantaranya:

a.       Keselarasan (Coherence)

Keselarasan berarti rancangan pembelajaran memiliki pola yang logis dan memiliki keterkaitan antarbagian atau antarunsur yang membentuk satu kesatuan. Keselarasan dalam perencanaan pembelajaran akan membantu memastikan bahwa seluruh komponen rancangan pembelajaran berada dalam konsistensi dan keterkaitan. Misalnya asesmen harus sejalan dengan tujuan pembelajaran. Begitu pula dengan kegiatan pembelajaran harus dirancang dengan memperhatikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Jadi, dengan memenuhi kriteria keselarasan ini, perancangan yang telah dibuat memiliki arah dan fokus yang jelas dalam mencapai tujuan.

 

b.      Keberagaman (Variety)

Variety berarti penggunaan jenis-jenis aktivitas yang berbeda. Dalam artian bahwa guru dapat menggunakan berbagai metode, sumber belajar dan media pembelajaran yang beragam sehingga akan meningkatkan motivasi peserta didik untuk mengikuti pembelajaran dan dapat memenuhi pembelajaran yang berdiferensiasi.

 

 

 

TOPIK 1 Koneksi Antar Materi PPDP PPG Prajabatan

 T1-Koneksi Antar Materi

Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya


1.        Menurut Anda, apakah kegiatan belajar yang dilakukan oleh guru di kelas sudah sesuai dengan latar belakang, perkembangan, dan kesiapan peserta didik? Elaborasi jawab Anda.

Berdasarkan observasi yang telah saya lakukan terhadap pembelajaran yang guru pamong lakukan bahwa guru memfasilitasi setiap peserta didik tanpa membeda-beda latar belakang baik etnis, budaya maupun status sosial. Dalam artian bahwa setiap peserta didik memperoleh kesempatan yang sama untuk mendapatkan pengajaran.

Berkaitan dengan perkembangan peserta didik, materi pembelajaran dan soal-soal yang diberikan guru sesuai dengan tingkat pemahaman peserta didik. Selain itu pula, menurut observasi yang telah dilakukan, guru merancang pembelajaran yang tidak hanya meningkatkan mind-on tetapi juga hands-on. Hal ini saya amati ketika pembelajaran elektrolisis. Pada pembelajaran elektrolisis tidak hanya fokus dengan materi namun diajak untuk melakukan salah satu penerapan dari elektrolisis yaitu mengenai penyepuhan logam. Sebelum melakukan praktikum penyepuhan logam, guru mengajak peserta didik untuk mengamati beberapa benda yaitu emas murni, dan perhiasan imitasi. Guru juga menghubungkan kedua benda tersebut dengan harga jualnya. Kemudian peserta didik melakukan praktikum penyepuhan. Dengan adanya praktikum tersebut, peserta didik mengetahui bahwa suatu logam dapat dilapasi oleh yang lainnya, peserta didik juga mengetahui bahwa dalam penyepuhan logam yang akan disepuh diletakkan di katoda sedangkan penyepuhnya adalah larutan elektrolit. Adanya kegiatan praktikum ini, akan meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengamati, melakukan dan mengidentifikasi secara langsung terhadap objek yang dipelajari. Dengan demikian, guru telah menyesuaikan pembelajaran dengan perkembangan peserta didik, karena telah memasukkan konteks dunia nyata dalam pembelajaran, sehingga peserta didik dapat menghubungkan pelajaran dengan kehidupan mereka serta menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan perkembangan peserta didik.

Kesiapan peserta didik juga menjadi hal yang penting dalam pembelajaran. Kesiapan peserta didik, terdiri dari 3 aspek yaitu minat, motivasi dan gaya belajar peserta didik. Menurut saya, kegiatan belajar yang dilakukan guru juga sudah sesuai dengan kesiapan peserta didik. Guru telah merancang pembelajaran sehingga sesuai dengan gaya belajar anak. Seperti yang telah saya amati pada pembelajaran bentuk molekul, guru mempersiapkan berbagai media seperti video youtube terintegrasi kuis untuk memahami teori VSEPR, menggunakan website https://phet.colorado.edu/ untuk mempelajari bentuk molekul dan juga menggunakan plastisin serta molymod agar peserta didik terlibat dalam membuat bentuk molekul. Penggunaan media yang telah disebutkan membuat pembelajaran lebih menarik dan menyenangkan untuk diikuti oleh peserta didik.

 

2.        Menurut Anda, apa saja hal yang harus dipertimbangkan oleh guru saat membuat perencanaan pembelajaran agar proses pembelajaran berfokus pada peserta didik?

Menurut saya, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan kembali oleh guru dalam membuat perencanaan pembelajaran, diantaranya:

a.         Tujuan Pembelajaran

Sebagai guru perlu menentukan tujuan yang jelas dan spesifik untuk setiap sesi pembelajaran. Tujuan yang baik akan membantu mengarahkan kegiatan pembelajaran dan memastikan bahwa peserta didik mencapai hasil yang diharapkan.

b.      Latar belakang, perkembangan, dan kesiapan peserta didik

Guru perlu mengenai latar belakang etnis, budaya dan status sosial peserta didik, serta tahap perkembangan dan kesiapan peserta didik (minat, motivasi, gaya belajar) sehingga guru dapat mengenali kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Dengan memahami peserta didik secara individu, guru dapat merancang pembelajaran yang relevan dan menarik bagi mereka serta sesuai dengan yang dibutuhkan peserta didik.

c.         Konten Pembelajaran

Guru perlu memilih konten yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan peserta didik. Pastikan konten tersebut relevan, akurat, dan dapat diakses oleh peserta didik. Gunakan berbagai sumber daya seperti buku teks, materi online, dan materi audiovisual untuk mendukung pembelajaran.

d.         Metode Pembelajaran

Memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan peserta didik. Gunakan pendekatan yang beragam seperti ceramah, diskusi kelompok, studi kasus, atau proyek kolaboratif. Hal ini akan membantu meningkatkan keterlibatan peserta didik dan memfasilitasi pemahaman yang lebih baik.

e.         Evaluasi Pembelajaran

Merencanakan asesmen yang sesuai untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran. Guru dapat mengguankan berbagai instrumen penilaian seperti tes, tugas, atau proyek untuk mengukur pemahaman peserta didik. Asesmen yang dirancang dengan baik akan memberikan umpan balik yang berguna bagi peserta didik dan membantu guru dalam mengevaluasi efektivitas pembelajaran.

f.          Keselamatan dan Kesehatan

Memastikan bahwa lingkungan pembelajaran aman dan sehat bagi peserta didik. Pertimbangkan faktor-faktor seperti kebersihan, keamanan, dan kenyamanan ruang belajar. Juga, perhatikan kebutuhan khusus peserta didik seperti aksesibilitas bagi peserta didik dengan disabilitas.

g.         Keterlibatan Peserta Didik

Melibatkan peserta didik dalam perencanaan pembelajaran. Berikan mereka kesempatan untuk memberikan masukan, berbagi pendapat, dan mengambil bagian aktif dalam proses pembelajaran. Ini akan meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran.

Dengan mempertimbangkan hal-hal di atas, diharapkan kita sebagai guru dapat membuat perencanaan pembelajaran yang ideal yang berpihak pada peserta didik. Perencanaan yang baik akan membantu menciptakan pembelajaran yang efektif, menarik, dan relevan bagi peserta didik.

Topik 5. Eksplorasi Konsep LK 5.2 PSE Pembelajaran Sosial Emosional

 Topik 5. Eksplorasi Konsep

Social Emotional Learning

                 

Lembar Kerja 5.2

1.        Apa saja dimensi school well-being? Identifikasi apakah dimensi tersebut sudah ada di sekolah Anda? (tempat Anda menimba ilmu sebelumnya atau sekolah lain yang pernah Anda amati)

Jawaban:

Konsep school well-being terdiri dari empat dimensi yang bisa diterapkan yaitu having (kondisi sekolah), loving (hubungan sosial), being (pemenuhan diri) dan health (status kesehatan). Di sekolah tempat saya menimba ilmu, ke empat dimensi tersebut sudah saya rasakan, begitupun dengan sekolah tempat saya PPL.

Saya dapat melihat empat dimensi itu telah ada. Having yaitu bagaimana persepsi dan perasaan individu terhadap kondisi sekolah. Dimensi ini meliputi lingkungan fisik sekolah, termasuk kenyamanan, rasa aman, kebisingan, pertukaran udara, ruang terbuka, dan lain

sebagainya. Hal di atas sudah terpenuhi di tempat saya menimba ilmu dan tempat PPL. Aspek lain dari kondisi sekolah berhubungan dengan kondisi pembelajaran, seperti kurikulum, jumlah peserta kelas. Aspek lain adalah bagaimana peserta didik merasa mendapatkan

dukungan atau pelayanan selama bersekolah, seperti kantin, ruang kesehatan, wali kelas,

guru bimbingan konseling yang telah ada di tempat saya menimba ilmu dan tempat PPL.

Loving mengacu pada lingkungan sosial saat pembelajaran, meliputi hubungan dengan guru, dengan teman sekelas, interaksi dalam kelompok. Dimensi ini pada dasarnya mengacu pada iklim atau suasana di sekolah. Relasi yang baik antara peserta didik, guru dan peserta didik, dan guru dengan sesama guru menciptakan iklim sekolah yang baik serta harmonis. Hal tersebut telah saya rasakan pada saat menimbal ilmu, dan melihatnya di tempat PPL.

Being mengacu pada bagaimana individu di sekolah menghargai keberadaan mereka.

Dalam hal ini guru dapat bekerja dengan baik dan menghargai perannya. Peserta didik atau peserta didik juga merasa percaya diri, bahagia mendapatkan pendidikan. Being juga mengacu sampai seberapa besar sekolah melibatkan peserta didik, mendorong kreativitas peserta didik. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan atau program dari OSIS dan Ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

Health (status kesehatan) mengacu pada kesehatan fisik dan mental peserta didik/peserta didik dan guru. Dalam hal ini, kebahagiaan/kesejahteraan peserta didik sangat dipengaruhi oleh kondisi sekolah, seperti rencana pembelajaran, budaya sekolah, orientasi pendidikan, infrastruktur, fasilitas, kondisi kelas, dan dukungan dari guru maupun pihak manajemen sekolah. Hal ini sudah dipenuhi oleh sekolah saya yaitu dengan adanya Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan juga Konsultasi oleh guru Bimbingan Konseling.

 

2.        Faktor apa yang dapat mempengaruhi school well-being?

Jawaban:

Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi school-well-being, diantaranya:

a.       Kondisi guru

Ramberg, dkk (2019) menjelaskan bahwa stress pada guru dapat mempengaruhi kesejahteraan sekolah, khususnya peserta didik. Beban kerja dan kewajiban guru membuat guru rentan terhadap stres. Stres pada guru membuat komunikasi antar peserta didik dan guru menjadi kurang lancar. Guru juga tidak dapat memberikan dukungan penuh pada peserta didik. Dalam hal ini, guru adalah agen penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sejahtera.

b.      Kemampuan memahami orang lain

Roffey (2008) menjelaskan kemampuan memahami orang lain sebagai emotional literacy. Kemampuan ini dapat mendukung peserta didik beradaptasi dengan budaya sekolah dan meningkatkan proses belajar peserta didik.

c.       Kepribadian peserta didik

Selain faktor guru dan sekolah, pada dasarnya peserta didik juga berperan dalam menciptakan school well-being. Kepribadian peserta didik, termasuk motivasi belajar, kemampuan berkomunikasi, disiplin dan kemampuan bekerjasama juga sangat mempengaruhi school well-being. Dalam hal ini semua warga sekolah berperan dalam menciptakan school well-being.

 

d.      Iklim atau situasi ruang kelas

Suasana kelas yang positif, ramah, dan mendukung dapat menciptakan rasa nyaman bagi peserta didik. Guru yang bersikap ramah, dan memberikan umpan balik positif serta memberikan pujian terhadap pekerjaan peserta didik akan membantu menciptakan suasana yang positif di kelas.

 

3.        Bagaimana peran pembelajaran sosial-emosional dalam menciptakan school well-being?

Jawaban:

PSE secara umum berfungsi untuk membantu individu baik anak-anak maupun dewasa dalam mengembangkan kemampuan dasar untuk hidup lebih baik. Tujuan dari PSE adalah untuk mengembangkan KSE yang terdiri dari:

a.         Self-awareness (Kesadaran diri)

Kemampuan untuk memahami emosi, pemikiran, dan nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku dalam berbagai situasi.

b.         Self -management (Manajemen diri)

Kemampuan untuk mengatur emosi, pemikiran dan perilaku secara efektif pada situasi yang berbeda.

c.         Responsible decision making (Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Membuat pilihan yang tepat dan konstruktif pada situasi tertentu

d.         Social awareness (kesadaran sosial)

Kemampuan memahami perspektif yang berbeda termasuk berempati terhadap kondisi individu dengan latar belakang yang berbeda.

e.         Relationship skills (keterampilan sosial)

Kemampuan menjalin dan mempertahankan hubungan/relasi yang sehat dan efektif dengan individu dari latar belakang yang berbeda.

Dengan demikian melalui PSE, peserta didik akan belajar mengembangkan rasa empati, komunikasi, kerjasama, kemampuan mengatasi stres, dan penyelesaian konflik serta meningkatkan hubungan yang positif antara peserta didik dan guru, antar peserta didik maupun dengan warga sekolah lainnya. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi perkembangan peserta didik. Lingkungan yang demikian akan membantu dalam meningkatkan kemampuan akademik peserta didik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Zeidner dan Olnick-Shemesh (2010) bahwa kecerdasan emosional berkorelasi kuat dengan well-being (kesejahteraan) dan berbagai variabel lain, seperti lebih sering munculnya perasaan positif, harga diri yang lebih tinggi, kepuasan hidup yang lebih besar, dan adanya keterlibatan sosial (social engagement). 

Berdasarkan hal tersebut PSE berperan untuk menciptakan 4 dimensi dari school well-being. Berikut penjelasan masing-masingnya.

a.         Having

PSE juga membantu peserta didik untuk mengembangkan rasa memiliki terhadap lingkungan sekolah mereka dengan mengajarkan pentingnya merawat dan menjaga lingkungan fisik dan sosial.

b.         Loving

PSE juga membantu dalam membangun hubungan yang positif antara peserta didik dan guru, yang merupakan bagian penting dari lingkungan sekolah yang mendukung.

c.         Being

·         PSE membantu peserta didik untuk mengembangkan identitas mereka sendiri dan meningkatkan kepercayaan diri. Ketika peserta didik merasa diterima dan dihargai oleh lingkungan sekolah mereka, mereka cenderung merasa lebih nyaman menjadi diri mereka sendiri dan mengeksplorasi minat dan bakat mereka.

·         PSE juga membantu peserta didik untuk mengelola emosi mereka dengan baik, yang memungkinkan mereka untuk menjalani kehidupan sekolah dengan lebih tenang dan percaya diri.

d.         Health

PSE berkontribusi pada kesejahteraan fisik dan mental peserta didik. Ketika peserta didik memiliki keterampilan sosial dan emosional yang baik, mereka lebih mampu mengatasi stres, kecemasan, dan tekanan yang mungkin mereka alami, yang pada akhirnya meningkatkan kesehatan mental peserta didik.

 

4.        Tuliskan hal-hal yang sudah Anda ketahui sebelumnya mengenai school well-being!

Jawaban:

Hal-hal yang sudah saya ketahui sebelumnya yaitu sekolah sebagai wadah bagi peserta didik untuk memiliki rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental, kualitas hidup yang baik, kesehatan secara fisik dan mental agar mampu menyelesaikan tantangan, mencapai kebahagiaan, dan kepuasan dalam kehidupan.

 

5.        Tuliskan hal-hal baru yang Anda pelajari dari topik ini atau dari video yang sudah Anda tonton pada bagian sebelumnya!

Jawaban:

Dari topik ini, terdapat hal-hal baru yang saya pelajari diantaranya:

·           School well-being adalah kondisi dimana individu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik materiil maupun non-materiil di sekolah yang terdiri atas empat dimensi yaitu (1) having (kondisi/situasi sekolah), (2) loving (mengarah pada hubungan sosial), (3) being (pemenuhan diri), dan (4) health (kesehatan peserta didik/guru secara umum).

·           Terdapat 4 tipe iklim ruang kelas yang dapat mempengaruhi kesejahteraan di sekolah

High Control
Low Warmth

1. Sangat berorientasi pada tugas.
2. Menggunakan hukuman atau membuat malu.
3. Jarang/tidak pernah memberikan pujian.
4. Guru yang memiliki inisiatif
5. Lebih berpusat pada guru/guru lebih banyak berbicara.

High Control
High Warmth

1. Memberikan hadiah/pujian bagi perilaku yang diinginkan
2. Menanggapi peserta didik.
3. Berfokus pada tugas.
4. Kebanyakan inisiatif dari guru.
5. Guru banyak menjadi fokus/lebih banyak berbicara.

Low Control
High Warmth

1. Seringkali memberikan pujian.
2. Peraturan yang informal.
3. Peserta didik dapat menanggapi dengan spontan.
4. Guru berperan sebagai moderator atau partisipan.

Low Control
Low Warmth

1. Guru seringkali membentak.
2. Sedikit peraturan di kelas.
3. Guru berbicara untuk meminimalisir perilaku peserta didik.
4. Kurang adanya kegiatan atau tugas.

 

 

6.        Apa hal-hal yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Jawaban:

Saya ingin mempelajari lebih lanjut terkait implementasi pembelajaran menggunakan experiental learning untuk pembelajaran emosional agar tercipta school well being. Selain itu, saya ingin mempelajari cara merancang program atau kegiatan yang dapat menciptakan school well being.

 

Kesimpulan

School well-being adalah konsep yang berfokus pada penciptaan dan pemeliharaan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan holistik peserta didik dan semua anggota komunitas sekolah.

School well-being dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya:

o   Kondisi guru

o   Kemampuan memahami orang lain

o   Kepribadian peserta didik

o   Iklim atau situasi ruang kelas

Konsep school well-being terdiri dari empat dimensi yang bisa diterapkan yaitu:

o   Having (kondisi sekolah)

o   Loving (hubungan sosial)

o   Being (pemenuhan diri)

o   Health (status kesehatan)

School well-being memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bisa memberikan pandangan dan pendapat tentang kondisi lingkungan sekolah secara keseluruhan berdasarkan pengalaman yang mereka rasakan sendiri. School well-being dapat meningkatkan afeksi yang baik terhadap sekolah dan kegiatan belajarnya. Pemenuhan kebutuhan anak dan hubungan baik antara guru dengan peserta didik dapat meningkatkan kesehatan mental anak.

Referensi:

Ramberg, J., LĂ„ftman, S. B., Almquist, Y. B., & Modin, B. (2019). School effectiveness and students’ perceptions of teacher caring: A multilevel study. Improving Schools22(1), 55-71.

Roffey, S. (2008). Emotional literacy and the ecology of school wellbeing. Educational and child psychology25(2), 29-39.

Zeidner, M., & Olnick-Shemesh, D. (2010). Emotional intelligence and subjective well-beingrevisited. Personality and Individual Differences, 48(4), 431–435.https://doi.org/10.1016/j.paid.2009.11.011