Topik 5. Eksplorasi Konsep
Social Emotional Learning
Lembar Kerja 5.2
1.
Apa
saja dimensi school well-being? Identifikasi apakah dimensi
tersebut sudah ada di sekolah Anda? (tempat Anda menimba ilmu sebelumnya atau
sekolah lain yang pernah Anda amati)
Jawaban:
Konsep
school well-being terdiri dari empat dimensi yang bisa diterapkan yaitu having
(kondisi sekolah), loving (hubungan sosial), being (pemenuhan
diri) dan health (status kesehatan). Di sekolah tempat saya menimba
ilmu, ke empat dimensi tersebut sudah saya rasakan, begitupun dengan sekolah
tempat saya PPL.
Saya
dapat melihat empat dimensi itu telah ada. Having yaitu bagaimana
persepsi dan perasaan individu terhadap kondisi sekolah. Dimensi ini meliputi
lingkungan fisik sekolah, termasuk kenyamanan, rasa aman, kebisingan, pertukaran
udara, ruang terbuka, dan lain
sebagainya. Hal di
atas sudah terpenuhi di tempat saya menimba ilmu dan tempat PPL. Aspek lain
dari kondisi sekolah berhubungan dengan kondisi pembelajaran, seperti kurikulum,
jumlah peserta kelas. Aspek lain adalah bagaimana peserta didik merasa
mendapatkan
dukungan atau
pelayanan selama bersekolah, seperti kantin, ruang kesehatan, wali kelas,
guru bimbingan
konseling yang telah ada di tempat saya menimba ilmu dan tempat PPL.
Loving
mengacu pada lingkungan sosial saat pembelajaran, meliputi hubungan dengan
guru, dengan teman sekelas, interaksi dalam kelompok. Dimensi ini pada dasarnya
mengacu pada iklim atau suasana di sekolah. Relasi yang baik antara peserta
didik, guru dan peserta didik, dan guru dengan sesama guru menciptakan iklim sekolah
yang baik serta harmonis. Hal tersebut telah saya rasakan pada saat menimbal
ilmu, dan melihatnya di tempat PPL.
Being
mengacu pada bagaimana individu di sekolah menghargai keberadaan mereka.
Dalam hal ini guru
dapat bekerja dengan baik dan menghargai perannya. Peserta didik atau peserta didik
juga merasa percaya diri, bahagia mendapatkan pendidikan. Being juga mengacu sampai
seberapa besar sekolah melibatkan peserta didik, mendorong kreativitas peserta
didik. Hal tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan atau program dari OSIS
dan Ekstrakurikuler yang ada di sekolah.
Health
(status kesehatan) mengacu pada kesehatan fisik dan mental peserta didik/peserta
didik dan guru. Dalam hal ini, kebahagiaan/kesejahteraan peserta didik sangat
dipengaruhi oleh kondisi sekolah, seperti rencana pembelajaran, budaya sekolah,
orientasi pendidikan, infrastruktur, fasilitas, kondisi kelas, dan dukungan
dari guru maupun pihak manajemen sekolah. Hal ini sudah dipenuhi oleh sekolah
saya yaitu dengan adanya Unit Kesehatan Sekolah (UKS) dan juga Konsultasi oleh
guru Bimbingan Konseling.
2.
Faktor
apa yang dapat mempengaruhi school well-being?
Jawaban:
Ada
berbagai faktor yang dapat mempengaruhi school-well-being, diantaranya:
a. Kondisi
guru
Ramberg, dkk (2019) menjelaskan bahwa stress pada guru
dapat mempengaruhi kesejahteraan sekolah, khususnya peserta didik. Beban kerja
dan kewajiban guru membuat guru rentan terhadap stres. Stres pada guru membuat
komunikasi antar peserta didik dan guru menjadi kurang lancar. Guru juga tidak
dapat memberikan dukungan penuh pada peserta didik. Dalam hal ini, guru adalah
agen penting untuk menciptakan lingkungan sekolah yang sejahtera.
b. Kemampuan
memahami orang lain
Roffey (2008) menjelaskan kemampuan memahami orang
lain sebagai emotional literacy. Kemampuan ini dapat mendukung peserta
didik beradaptasi dengan budaya sekolah dan meningkatkan proses belajar peserta
didik.
c. Kepribadian
peserta didik
Selain faktor guru dan sekolah, pada dasarnya peserta didik
juga berperan dalam menciptakan school well-being. Kepribadian peserta
didik, termasuk motivasi belajar, kemampuan berkomunikasi, disiplin dan
kemampuan bekerjasama juga sangat mempengaruhi school well-being. Dalam
hal ini semua warga sekolah berperan dalam menciptakan school well-being.
d. Iklim
atau situasi ruang kelas
Suasana kelas yang positif, ramah, dan mendukung dapat
menciptakan rasa nyaman bagi peserta didik. Guru yang bersikap ramah, dan
memberikan umpan balik positif serta memberikan pujian terhadap pekerjaan
peserta didik akan membantu menciptakan suasana yang positif di kelas.
3.
Bagaimana
peran pembelajaran sosial-emosional dalam menciptakan school well-being?
Jawaban:
PSE
secara umum berfungsi untuk membantu individu baik anak-anak maupun dewasa
dalam mengembangkan kemampuan dasar untuk hidup lebih baik. Tujuan dari PSE
adalah untuk mengembangkan KSE yang terdiri dari:
a.
Self-awareness
(Kesadaran diri)
Kemampuan
untuk memahami emosi, pemikiran, dan nilai-nilai yang mempengaruhi perilaku
dalam berbagai situasi.
b.
Self -management (Manajemen
diri)
Kemampuan
untuk mengatur emosi, pemikiran dan perilaku secara efektif pada situasi yang
berbeda.
c.
Responsible decision making (Pengambilan
keputusan yang bertanggung jawab)
Membuat
pilihan yang tepat dan konstruktif pada situasi tertentu
d.
Social awareness (kesadaran
sosial)
Kemampuan
memahami perspektif yang berbeda termasuk berempati terhadap kondisi individu
dengan latar belakang yang berbeda.
e.
Relationship skills (keterampilan
sosial)
Kemampuan
menjalin dan mempertahankan hubungan/relasi yang sehat dan efektif dengan
individu dari latar belakang yang berbeda.
Dengan demikian melalui PSE, peserta didik akan
belajar mengembangkan rasa empati, komunikasi, kerjasama, kemampuan mengatasi
stres, dan penyelesaian konflik serta meningkatkan hubungan yang positif antara
peserta didik dan guru, antar peserta didik maupun dengan warga sekolah lainnya.
Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi
perkembangan peserta didik. Lingkungan yang demikian akan membantu dalam
meningkatkan kemampuan akademik peserta didik. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Zeidner dan Olnick-Shemesh (2010) bahwa kecerdasan emosional
berkorelasi kuat dengan well-being (kesejahteraan) dan berbagai variabel lain,
seperti lebih sering munculnya perasaan positif, harga diri yang lebih tinggi,
kepuasan hidup yang lebih besar, dan adanya keterlibatan sosial (social
engagement).
Berdasarkan hal tersebut PSE berperan untuk
menciptakan 4 dimensi dari school
well-being. Berikut
penjelasan masing-masingnya.
a.
Having
PSE juga membantu peserta didik untuk mengembangkan
rasa memiliki terhadap lingkungan sekolah mereka dengan mengajarkan pentingnya
merawat dan menjaga lingkungan fisik dan sosial.
b.
Loving
PSE juga membantu dalam membangun hubungan yang
positif antara peserta didik dan guru, yang merupakan bagian penting dari
lingkungan sekolah yang mendukung.
c.
Being
·
PSE membantu peserta didik untuk
mengembangkan identitas mereka sendiri dan meningkatkan kepercayaan diri.
Ketika peserta didik merasa diterima dan dihargai oleh lingkungan sekolah
mereka, mereka cenderung merasa lebih nyaman menjadi diri mereka sendiri dan
mengeksplorasi minat dan bakat mereka.
·
PSE juga membantu peserta didik untuk
mengelola emosi mereka dengan baik, yang memungkinkan mereka untuk menjalani
kehidupan sekolah dengan lebih tenang dan percaya diri.
d.
Health
PSE
berkontribusi pada kesejahteraan fisik dan mental peserta didik. Ketika peserta
didik memiliki keterampilan sosial dan emosional yang baik, mereka lebih mampu
mengatasi stres, kecemasan, dan tekanan yang mungkin mereka alami, yang pada akhirnya
meningkatkan kesehatan mental peserta didik.
4.
Tuliskan hal-hal yang sudah
Anda ketahui sebelumnya mengenai school well-being!
Jawaban:
Hal-hal yang sudah
saya ketahui sebelumnya yaitu sekolah sebagai wadah bagi peserta didik untuk
memiliki rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik
dan mental, kualitas hidup yang baik, kesehatan secara fisik dan mental agar
mampu menyelesaikan tantangan, mencapai kebahagiaan, dan kepuasan dalam
kehidupan.
5.
Tuliskan hal-hal baru yang Anda
pelajari dari topik ini atau dari video yang sudah Anda tonton pada bagian sebelumnya!
Jawaban:
Dari topik ini, terdapat hal-hal baru yang saya
pelajari diantaranya:
·
School well-being adalah
kondisi dimana individu dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik materiil maupun
non-materiil di sekolah yang terdiri atas empat dimensi yaitu (1) having (kondisi/situasi
sekolah), (2) loving (mengarah pada hubungan sosial), (3) being (pemenuhan
diri), dan (4) health (kesehatan peserta didik/guru secara umum).
·
Terdapat
4 tipe iklim ruang kelas yang dapat mempengaruhi kesejahteraan di sekolah
High Control
Low Warmth
|
1. Sangat
berorientasi pada tugas.
2. Menggunakan hukuman atau membuat malu.
3. Jarang/tidak pernah memberikan pujian.
4. Guru yang memiliki inisiatif
5. Lebih berpusat pada guru/guru lebih banyak berbicara.
|
High Control
High Warmth
|
1. Memberikan
hadiah/pujian bagi perilaku yang diinginkan
2. Menanggapi peserta didik.
3. Berfokus pada tugas.
4. Kebanyakan inisiatif dari guru.
5. Guru banyak menjadi fokus/lebih banyak berbicara.
|
Low Control
High Warmth
|
1. Seringkali
memberikan pujian.
2. Peraturan yang informal.
3. Peserta didik dapat menanggapi dengan spontan.
4. Guru berperan sebagai moderator atau partisipan.
|
Low Control
Low Warmth
|
1. Guru seringkali
membentak.
2. Sedikit peraturan di kelas.
3. Guru berbicara untuk meminimalisir perilaku peserta didik.
4. Kurang adanya kegiatan atau tugas.
|
6.
Apa hal-hal yang ingin Anda
pelajari lebih lanjut?
Jawaban:
Saya ingin
mempelajari lebih lanjut terkait implementasi pembelajaran menggunakan experiental
learning untuk pembelajaran emosional agar tercipta school well being.
Selain itu, saya ingin mempelajari cara merancang program atau kegiatan yang
dapat menciptakan school well being.
Kesimpulan
|
School
well-being adalah konsep yang berfokus pada
penciptaan dan pemeliharaan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan
holistik peserta didik dan semua anggota komunitas sekolah.
School
well-being dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, di
antaranya:
o Kondisi
guru
o Kemampuan
memahami orang lain
o Kepribadian
peserta didik
o Iklim
atau situasi ruang kelas
Konsep
school well-being terdiri dari empat dimensi yang bisa diterapkan
yaitu:
o Having
(kondisi sekolah)
o Loving
(hubungan sosial)
o Being
(pemenuhan diri)
o Health
(status
kesehatan)
School
well-being memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bisa memberikan pandangan dan pendapat tentang kondisi lingkungan
sekolah secara keseluruhan berdasarkan pengalaman yang mereka rasakan
sendiri. School well-being dapat meningkatkan afeksi yang baik
terhadap sekolah dan kegiatan belajarnya. Pemenuhan kebutuhan anak dan
hubungan baik antara guru dengan peserta didik dapat meningkatkan kesehatan
mental anak.
|
Referensi:
Ramberg,
J., LĂ„ftman, S. B., Almquist, Y. B., & Modin, B. (2019). School
effectiveness and students’ perceptions of teacher caring: A multilevel
study. Improving Schools, 22(1), 55-71.
Roffey,
S. (2008). Emotional literacy and the ecology of school wellbeing. Educational
and child psychology, 25(2), 29-39.
Zeidner,
M., & Olnick-Shemesh, D. (2010). Emotional intelligence and subjective
well-beingrevisited. Personality and Individual Differences, 48(4),
431–435.https://doi.org/10.1016/j.paid.2009.11.011