PEMBUATAN
SABUN CAIR PENCUCI PIRING
A. A. TUJUAN
PRAKTIKUM
Mampu melakukan pembuatan cairan pencuci
piring
A. B. TEORI DASAR
Mencuci piring adalah
salah satu kegiatan sehari-hari, karena setelah selesai makan dan minum atau
memasak kita harus membersihkan peralatan untuk keperluan tersebut agar tidak
kotor dan menjadi sarang penyakit. Mencuci piring, gelas atau peralatan lain
yang kita butuhkan selain air adalah sabun. Fungsi dari sabun tersebut untuk
membuang kotoran baik berupa minyak maupun sisa makanan.
Pada umumnya sabun
untuk mencuci piring atau gelas kebanyakan wujudnya kental atau orang lebih
mengenalnya dengan sabun colek. Dengan berkembangnya pengetahuan saat ini sabun
cuci piring dibuat berwujud cair (Tim Kimia Terapan, 2017:22)
Larutan cuci piring merupakan salah satu produk yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk rumah tangga. Larutan pencuci piring berfungsi untuk membersihkan peralatan-peralatan makan seperti piring, gelas, sendok, dan peralatan dapur pada umumnya. Produk pencuci piring dapat dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan bentuk fisiknya. Berbentuk bubuk atau serbuk, berbentuk pasta atau lebih dikenal dengan sabun colek, dan produk ketiga dalam bentuk cairan kental.
Pemakaian produk pencuci piring (dishwashing liquid) dari waktu ke waktu mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Hal ini dibuktikan terjadinya pola pencucian piring, termasuk alat rumah tangga lain dan cara tradisional dengan meng-gunakan abu gosok dan sabun colek menuju cara baru yang lebih praktis. Larutan pencuci piring memiliki nilai lebih dibandingkan produk pencuci piring lainnya. Hal ini dikarenakan bentuknya yang berupa cair kental sehingga praktis untuk digunakan dan memiliki warna yang khas (Irawan, 2003)
Pada dasarnya cukup banyak bahan baku yang dapat dipakai dalam pembuatan cairan pencuci piring. Bahan baku untuk pembuatan sabun pencuci piring terdiri dari bahan aktif, koagulan yang juga sebagai pengisi (filler) yang berfungsi sebagai pembentuk inti. Pada proses ini pemadatan yang dapat mempengaruhi viskositas larutan dan bahan tambahan (aditif). Bahan aktif yang digunakan adalah surfaktan yang merupakan bahan utama pembuatan sabun karena bahan ini mempunyai kemampuan mengikat dan mengangkat kotoran. Bahan surfaktan dari larutan pencuci piring akan menghasilkan busa (Purnomo, 2002)
Koagulan dalam proses pembuatan larutan pencuci piring adalah garam Natrium klorida (NaCl), Natrium sulfat (Na2SO4) dan Natrium fosfat (Na3PO4) yang berfungsi sebagai pembentuk inti pada proses pemadatan yang dapat mempengaruhi viskositas larutan sehingga terjadi perubahan viskositas larutan pencuci piring, penambahan koagulan menjadikan larutan pencuci piring semakin mudah penggunaannya. Pemilihan garam NaCl, Na2SO4 dan Na3PO4, sebagai koagulan karena larutan dalam air mudah terurai dan tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Bahan aditif seperti pewarna hanyalah bertujuan sebagai komersialisasi produk (Susilo, 1988)
Larutan pencuci piring digolongkan kedalam jenis koloid yang dinamakan koloid asosiasi. Kadang-kadang dinamakan koloid elektrolit. Bahan pencuci piring adalah sol yaitu dispersi koloid dimana partikel padat terdispersi dalam cairan. Proses koagulan ini terjadi dengan cara menetralkan muatannya dengan menambahkan koloid lain, atau dengan penambahan elektrolit maka koloid tersebut menjadi tidak stabil lalu terkoagulasi (Yazid, 2005). Mutu dari suatu larutan pencuci piring dapat diketahui dari sifat fisik maupun sifat kimianya. Suatu cairan mempunyai kekentalan yang berbeda-beda dan secara kuantitatif kekentalan suatu cairan dinyatakan dengan angka kekentalan (Susinggih, 2005)
Pembuatan sabun cuci cair ada 2 cara, yakni dengan cara manual atau tangan dan dengan cara kerja mesin. Cara manual dilakukan dengan pengadukan oleh tangan dan cara kerja mesin pengaduk sabun cuci ini digerakkan oleh motor listrik. Dimana pengoperasian mesin ini tergolong mudah karena dijalankan menggunakan pemrograman (Supadi, 1988).
Bahan-bahan pembuatan sabun cair:
1. Garam Natrium Klorida
2. Texapon
3. Linear alkil benzen sulfonat
4. Pewangi
5. Zat warna (Lestari, 2014)
Karakterisasi dalam memilih bahan baku sabun
· Warna lemak dan minyak. Lemak dan minyak berwarna kuning terang merupakan minyak yang bagus untuk bahan sabun
· Angka saponifikasi, adalah angka yang terdapat pada miligram kalium hidroksida yang digunakan
Texapon memiliki nama kimia sodium lauril sulfat (SLS), senyawa ini merupakan surfaktan. Texapon yang berbentuk gel yang berfungsi sebagai pengangkat kotoran dan juga sebagai pengental dan penambah busa menjadi gelembung-gelembung kecil. Asam nitrit bentuknya serbuk dan berfungsi sebagai pengawet sabun cair. Parfum berfungsi sebagai pengawet sabun cair. EDTA ini bentuknya serbuk sebagai pengawet. Propilin glikol berfungsi sebagai pengikat parfum. Pewarna berfungsi sebagai pemberi warna pada sabun cair (Purnomo, 2002).
Bahan surfaktan dari larutan pencuci piring akan menghasilkan busa yang umum digunakan adalah sodium lauril sulfat. Sedangkan bahan tambahan lain yang digunakan banyak bertujuan sebagai komersialisasi produk, misalnya pewangi atau pewarna. Sebagai pengental, garam yang dibutuhkan dalam bahan pembuatan cuci piring adalah sodium sulfat yang berfungsi sebagai pembentuk inti pada proses pemadatan yang dapat mempengaruhi viskositas larutan sehingga terjadi perubahan jenis koloid (Nurhayati, 2013).
No |
Alat / Bahan |
Jumlah |
Fungsi |
1. |
Gelas ukur |
3 buah |
Menakar bahan sesuai kebutuhan |
2. |
Batang pengaduk |
1 buah |
Menghomogenkan larutan |
3. |
Timbangan |
1 buah |
Menimbang zat sesuai kebutuhan |
4. |
Gelas kimia |
2 buah |
Sebagai wadah untuk mencampurkan zat |
5. |
Lidi |
seperlunya |
Menghomogenkan larutan |
6. |
Wadah |
1 buah |
Sebagai wadah untuk produk |
7. |
Texapon pasta |
22 gram |
Bahan baku dari sabun cair |
8. |
Texapon serbuk |
4 gram |
Bahan baku dari sabun cair |
9. |
Natrium klorida |
15 gram |
Sebagai pengental sabun cair |
10. |
Aquades |
250 ml |
Pelarut bahan-bahan lain |
11. |
Pewarna makanan |
Secukupnya |
Memberi warna pada sabun cair |
12. |
Bibit minyak wangi |
Secukupnya |
Memberi aroma pada sabun cair |
13. |
Camperlain |
2 gram |
Memberi gelembung-gelembung kecil pada
larutan sabun. Selain itu berfungsi juga untuk mengentalkan larutan dan
mengawetkan sabun. |
A.
D. PROSEDUR
KERJA DAN HASIL PENGAMATAN
Menakar bahan
sesuai yang dibutuhkan (setengah resep)
¯
Mengambil
texapon pasta dan texapon serbuk
¯
Menambahkan air
bersih sebanyak 500 mL
¯
Mengaduk
campuran sampai semua larut (sangat homogen)
¯
Mengaduk sampai
homogen
¯
Menambahkan camperlain ke dalam campuran
¯
Menambahkan
natrium klorida sedikit demi sedikit
¯
Mengaduk sampai
larutan terasa berat
¯
Menambahkan
pewarna dan minyak wangi secukupnya
¯
Mengaduk sampai
merata
¯
Memasukkan ke
dalam wadah penyimpanan
¯
Sabun
cuci piring siap digunakan
A. E. PEMBAHASAN
Sabun cair
pencuci piring merupakan sabun yang digunakan untuk membersihkan keperluan
dapur. Sabun ini juga merupakan modifikasi dari sabun mandi. Pembuatan sabun
pencuci piring memerlukan zat-zat lain seperti penghancur lemak, pewangi dan
pewarna untuk komersialisasi produk, dan camperlain.
Mulanya texapon
pasta dan serbuk ditakar. Kemudian dilarutkan dalam aquades sampai benar-benar
homogen. Texapon pasta lebih banyak dibanding texapon serbuk bertujuan agar
wujud sabun cair tersebut berupa larutan kental. Apabila texapon serbuk lebih
banyak dibanding texapon pasta maka zat
yang terbentuk akan serupa dengan sabun colek. Texapon yang merupakan Sodium
Lauril Sulfat (SLS) C12H25SO4Na,
merupakan lemak/minyak
yang menjadi bahan baku pembuatan sabun dan surfaktan. Bedanya dengan bahan
pembuatan sabun biasa yaitu texapon memiliki gugus sulfat, sehingga sabun akan
tetap berbusa pada keadaan sadah.
Langkah
selanjutnya yaitu menambahkan zat penghancur lemak. Namun, pada praktikum kali ini
tidak dilakukan. Zat ini
merupakan zat aktif dalam sabun cair yang akan menghancurkan lemak atau kotoran
sisa makanan pada piring atau peralatan masak. Pengahancur lemak akan mengangkat kotoran dari peralatan
makan. Setelah merata kemudian ditambahkan camperlain yang memberi
gelembung-gelembung kecil pada larutan sabun. Selain itu berfungsi juga untuk
mengentalkan larutan dan mengawetkan sabun.
Kemudian larutan
tersebut ditambahkan garam NaCl. Garam ini berfungsi juga sebagai pengental,
dan membuat sabun dapat larut dalam air dikarenakan garam ini dapat terion
didalam air. Dan juga dapat menghidrolisis SLS menjadi sabun (reaksi
saponifikasi). Kemudian larutan menjadi berat dikarenakan densitasnya bertambah
setelah ditambah NaCl.
Kemudian supaya
menarik minat konsumen, larutan sabun ditambahkan pewarna dan pewangi. Pewangi
yang kami gunakan yaitu sari jeruk nipis. Jeruk nipis juga memiliki daya bersih
yang cukup untuk membersihkan kotoran.
Berikut ini merupakan gambar mekanisme
pembersihan oleh sabun.
Gambar Sabun sebagai
Pembersih (Wilson, 2013)
Molekul sabun tersusun dari gugus
hidrofobik dan hidrofilik. Ketika menggunakan sabun untuk membersihkan kotoran
(lemak), gugus hidrofobik sabun akan menempel pada kotoran dan gugus hidrofilik
menempel pada air. Pengikatan molekul-molekul sabun tersebut dapat menyebabkan
tegangan permukaan air berkurang, sehingga kotoran dapat terbuang saat
pembilasan.
B. F. KESIMPULAN
a. Sabun
cuci piring merupakan sabun khusus yang digunakan untuk membersihkan peralatan
makan.
b.
Texapon
berfungsi sebagai surfaktan dan meningkatkan daya bersih sabun.
c. Penghancur
lemak merupakan bahan aktif dari sabun cuci piring untuk mengangkat kotoran
dari peralatan makan.
d.
Camperlain
berfungsi sebagai penambah busa dan pengawet untuk sabun.
e.
NaCl
berfungsi untuk sebagai pengental sabun
f. Pewarna
berfungsi untuk memberi warna pada sabun, sedangkan parfum digunakan untuk
memberi bau harum pada parfum.
No comments:
Post a Comment