MAKALAH KIMIA ANALITIK 1
REAKSI KERING DAN REAKSI BASAH
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kimia analitik merupakan cabang dari
ilmu kimia yang mempelajari teori dan cara-cara melakukan analisis kimia baik
kualitatif maupun kuantitatif. Analisis kualitatif
berhubungan dengan apa yang terdapat dalam sampel sedangkan analisis
kuantitatif berhubungan dengan berapa banyaknya zat dalam sampel.
Analisis kuantitatif memiliki tiga skala percobaan yakni analisis makro, analisis mikro, dan analisis semimikro. Kemudian analisis kualitatif juga menerapkan dua jenis reaksi pengujian atau reaksi tes yaitu reaksi analisis kering dan reaksi analisis basah. Reaksi kering untuk sampel berupa padatan dan reaksi basah untuk samapel larutan atau berwujud cair.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud analisis dan apa saja
klasifikasi analisis?
2. Apa yang dimaksud kimia analitik?
3. Apa yang dimakud analisis kualitatif dan apa saja metode pengujian dalam analisa kualitatif?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami apa itu analisis dan mengetahui
klasifikasi dari analisis
2. Memahami tentang kimia analitik
3. Mengetahui tentang analisis kualitatif dan memahami metode pengujiannya
BAB II. PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Analisis
Analisis merupakan
suatu bidang ilmu kimia yang mempelajari tentang identifikasi suatu spesies,
penentuan komposisi, dan elusidasi strukturnya (Khopkar, 1990). Berdasarkan
tujuannya, analisis kimia dapat diklasifikasikan menjadi analisis kualitatif
dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif bertujuan untuk mengidentifikasi
suatu spesies dan elusidasi struktur spesies tersebut (W. Haryadi, 1990).
Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah dan komposisi suatu
spesies.
Bila ditinjau dasar
analisisnya maka dapat analisis digolongkan menjadi analisis konvensional
(analisis kimia) yang berdasarkan reaksi kimia dan analisis modern (analisis
instrumental) yang berdasarkan pengukuran sifat fisik suatu spesies. Pada
umumnya analisis konvensional relatif lama, langkah rumit, sensitivitas rendah,
berdasar reaksi kimia, jangkauan luas, konsentrasi analit relative besar,
tepat, teliti, praktis, tidak perlu dilakukan standarisasi. Sebaliknya analisis
modern dapat dilakukan secara lebih cepat, langkah sederhana, sensitifitas
tinggi, berdasar sifat fisika, jangkauan terbatas, konsentrasi mikro, runut,
ketepatan dan ketelitian bergantung metode, distandarisasi berdasar metode
klasik (Buchari, 1990).
Analisis konvensional adalah
suatu teknik analisa menggunakan alat-alat konvensional, misalnya pada salah
satu contoh metode analisis titrimetri yang menggunakan peralatan gelas kaca.
sedangkan Analisis Instrumental adalah suatu teknik analisa menggunakan
peralatan canggih dan modern misalnya spektrofotometri yang menggunakan alat
spektrofotometer ataupun titrimetri secara konduktometris ataupun potensiometris(Hadyana,1994).
Berdasarkan jumlah
sampel, analisis dibedakan
1) analisis makro:
massa sampel > 0,1 g,
2) analisis semimikro:
massa sampel 0,1-0,01
3) analisis mikro: massa
sampel 0,01-0,001 g
4) analisis
ultramikro/submikro: massa sampel <0,001 g
(Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A,
1998)
B.
Kimia Analitik
Kimia Analitik
adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai cara-cara penganalisaan zat
kimia yang terdapat dalam suatu sampel yang akan dianalisa baik jenis maupun
kadarnya. Dalam bidang kimia analitik, suatu analisis harus melalui beberapa
tahapan seperti pemilihan dan penyiapan sampel (sampling), perlakuan awal
(pretreatment), pemisahan, pengukuran, dan analisis data. Kimia Analitik dibagi menjadi dua golongan yakni kimia
analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif.
C. Analisis
Kualitatif
Analisis kualitatif merupakan
suatu metode untuk menentukan jenis senyawa melalui sifat-sifat fisiknya. Analisa
kualitatif dapat dilakukan pada bermacam-macam skala. Dalam analisis makro
kuantitas zat yang dikerjakan adalah 0,5-1 gram dan volume larutan yang diambil
untuk analisi 20 ml. dalam apa yang biasa disebut analisis semimikro, kuantitas
yang digunakan untuk analisis dikurangi dengan faktor 0,1-0,05, yakni sekitar
0,05 gram dan volume larutan sekitar 1 ml. untuk analisis mikro faktor itu
adalah 0,01 atau kurang.
Analisis kualitatif dapat
dilakukan dengan berbagai metode, yaitu reaksi kering dan reaksi basah.
1.
Reaksi Kering
Sejumlah uji yang
berguna, dapat dilakukan dalam keadaan kering, yakni tanpa proses pelarutan
sampel.
a.
Pemanasan
Pemanasan dilakukan
dengan menaruh suatu zat atau sampel ke dalam suatu wadah misalnya tabung
reaksi. Yang kemudian di panaskan di atas nyala Bunsen maka terjadi gejala
seperti perubahan warna pada sampel, terjadi sublimasi, pelelehan serta
munculnya suatu gas yang dapat diidentifikasi sifat-sifatnya.
Misalnya pada pemanasan terjadi perubahan warna seperti garam Cu yang semula berwarna putih setelah dipanaskan menjadi garam anhidrat yang berwarna putih. Garam Pb yang semula putih menjadi PbO yang berwarna kuning. Garam Co merah menjadi biru atau ungu muda. Zat organik menjadi karbon yang hitam dan warna hitam akan hilang bila pemanasan terus dilakukan.
Jika terjadi proses pelelehan atau mencair sampel akibat pemanasan maka dapat diilustrasikan seperti garam-garam berair hablur akan mencair karena melarut dalam air hablurnya. Diantaranya NaOH, dan KOH.
b.
Uji pipa-tiup
Uji pipa-tiup, nyala Bunsen terang (lubang udara tertutup seluruhnya) kira-kira sepanjang 5 cm digunakan untuk uji ini. Suatu nyala mereduksi dihasilkan dengan menaruh mulut pipa-tiup tepat diluar nyala dan meniup dengan lembut sehingga kerucut dalam berayun-ayun pada zat yang diperiksa . suatu nyala mengoksid diperoleh dengan memegang mulut pipa-tiup itu kira-kira sepertiga ke dalam nyala dan meniup lebih kuat dalam arah sejajar dengan puncak pembakar ; puncak nyala dibiarkan mengenai zat itu.
c.
Uji nyala
Uji nyala digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan ion logam dalam jumlah yang relatif kecil pada sebuah senyawa. Tidak semua ion logam menghasilkan warna nyala.Untuk senyawa-senyawa Golongan 1, uji nyala biasanya merupakan cara yang paling mudah untuk mengidentifikasi logam mana yang terdapat dalam senyawa. Untuk logam-logam lain, biasanya ada metode mudah lainnya yang lebih dapat dipercaya - meski demikian uji nyala bisa memberikan petunjuk bermanfaat seperti metode mana yang akan dipakai. Untuk ini maka perlu mengetahui struktur nyala bunsen tak terang.
Temperatur yang terendah adalah pada dasar nyala (a), ini dimanfaatkan untuk menguji nyala dari zat-zat atsiri.
Bagian terpanas nyala adalah zona pelelehan pada (b), daerah ini dimanfaatkan untuk menguji kedapat-lelehan zat dan
juga melengkapi (a) dalam menguji keatsirian
relatif dari campuran zat-zat. Zat mengoksid bawah terletak ada batas
luar (b) dan dapat digunakan untuk mengoksid zat-zat yang terlarut dalam manik
borak, natrium karbonat atau garam mikroskopik. Zat mengoksid atas (d), daerah ini digunakan
untuk semua proses oksidasi yang tidak diperlukan temperatur tinggi. Zona
reduksi atas (e) adalah ujung
kerucut biru dalam. Daerah ini berguna untuk mereduksi oksida kerak menjadi
logam. Zona mereduksi bawah (f)
berguna untuk mereduksi boraks lelehan.
Bersihkan sebuah kawat platinum atau nikrome- (sebuah alloy nikel-kromium) dengan mencelupkannya ke dalam asam klorida pekat dan kemudian panaskan pada Bunsen.
Ulangi prosedur ini sampai kawat tidak menimbulkan warna pada zona pelehan b
nyala api Bunsen. Jika kawat telah bersih, basahi kembali dengan asam dan kemudian celupkan ke dalam sedikit bubuk padatan
yang akan diuji sehingga ada beberapa bubuk padatan yang
menempel pada kawat tersebut. Agar dapat memahami uji ini maka perlu mengetahui
struktur nyala Bunsen. Kemudian zat dimasukkan ke dalam zona mengoksid bawah (c) dan diamati warna yang terjadi.
Zat-zat yang kurang mengatsri dipanaskan zona pemanasan b, dengan cara ini
dimungkinkan untuk memanfaatkan perbedaan keatsirian untuk memisahkan komponen- komponen dalam campuran.
Tabel
. Warna Nyala dengan Api Bunsen
Zat mengandung |
Warna Nyala |
Na |
Kuning |
K |
Violet |
Ca |
Merah bata |
Sr |
Merah |
Ba |
Hijau kuning |
Cu |
Hijau kebiruan |
Pada uji warna zat uji dibakar pada nyala api yang bertujuan untuk
dapat mengamati nyala yang
dihasilkan. Jika senyawa kimia dipanaskan maka akan terurai menghasilkan unsur-unsur
penyusunnya dalam wujud gas atau uap yang selanjutnya atom-atom tersebut mampu
menyerap sejumlah energi panas untuk membentuk atom logam berenergi
tinggi. Pada keadaan ini atom logam tersebut sifatnya tidak
stabil (keadaan tereksitasi), sehingga mudah kembali ke keadaan semula
(berenergi rendah) dengan cara memancarkan energi yang diserapnya dalam bentuk
cahaya (hv).
LX+q→L+X
L+q→
2.
Reaksi Basah
Reaksi basah merupakan reaksi yang mencakup pembentukan endapan
atau perubahan warna melalui reaksi yang mengandung media air, seperti reaksi
pada larutan. Terjadinya endapan dapat diakibatkan oleh berbagai macam sebab,
seperti pencampuran larutan dengan kation dan anion berbeda sehingga ada
pengendapan, menambahkan konsentrasi zat hingga melewati batas kelarutannya,
atau menurunkan suhu larutan. Ekstraksi endapan juga dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti filtrasi dan evaporasi (Utami, 2015)
Uji ini dilakukan dengan cara zat yang akan
dianalisis dilarutkan lebih dahulu dalam suatu zat
pelarut yang tepat. Sebagai zat pelarut berturut-turut dapat dicoba :
a. Aquadest dingin/panas
b. Asam klorida encer dingin/panas
c. Asam florida pekat dingin/panas
d. Asam nitrat encer dingin/panas
e. Asam nitrat pekat dingin/panas
f.
Aqua regia (campuran 3 bagian HCl pekat dan 1 bagian HNO3 pekat)
Uji-uji ini dibuat
dengan zat-zat dalam larutan. Suatu reaksi diketahui berlangsung (a) dengan
terbentuknya endapan, (b) dengan pembebasan gas, (c) dengan perubahan warna.
Mayoritas reaksi analisa kualitatif dilakukan dengan cara basah dan ini
terperinci dalam bab-bab belakang. Catatan mengenai metode yang digunakan dalam melakukan uji-uji itu
berikut ini akan ternyata bermanfaat dan harus dipelajari dengan seksama. (Svehla,
1985).
a. Reaksi Pengendapan
Kenaikan
suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan,
seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini
dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag,
Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam
klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air
panas.Kenaikan suhuakan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut
larut sedangkan kedua kation lainnya tidak.
b. Reaksi Asam-Basa
Asam
secara sederhana didefinisikan sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air
mengalami disosiasi dengan pembentukan ion hidrogen.,sedangkan basa mengalami
disosiasi dengan pembentukan ion hidroksil. Asam atau pun basa yang mengalami
disosiasi sempurna merupakan asam atau basa kuat, misalnya HCl, HNO3,
NaOH dan KOH. Sebaliknya bila asam atau basa hanya terdisosiasi sebagian maka
disebut asam atau basa lemah, misalnya asam asetat, H2S dan amonium
hidroksida. Dalam analisa kualitatif H2S digunakan untuk
mengendapkan sejumlah kation menjadi garam sulfidanya.
c. Reaksi
Redoks
Banyak
reaksi oksidasi dan reduksi yang digunakan untuk analisa kualitatif, baik
sebagai pengoksidasi atau pun pereduksi. Contoh penggunaan Reaksi redoks dalam
analisis kualitatif: .Kalium permanganat, KMNO4. Zat
padat coklat tua yang menghasilkan larutan ungu bila dilarutkandengan air,
merupakan pengoksidasi kuat yang dipengaruhi oleh pH darimediumnya.
1) dalam
asam;MnO4- + 8H+ + 5e _ Mn2+ (warna
merah muda) + 4H2O
2) dalam
larutan netral MnO4– + 4H+ + 3e _ MnO2 (endapan coklat) + 2H2O
3) dalam
larutan basa MnO4– + e _ MnO42- ( warna hijau)
d. Reaksi Pembentukan Kompleks
Dalam pelaksanaan analisis kualitatif anorganik banyak digunakan reaksi-reaksi yang melibatkan pembentukan ion kompleks. Suatu ion atau molekul kompleks terdiri dari satu atom pusat dan sejumlah ligan yang terikat dengan atom pusat tersebut (Ulfah, 2012).
BAB III. PENUTUP
A.
Simpulan
Analisis merupakan
suatu bidang ilmu kimia yang mempelajari tentang identifikasi suatu spesies,
penentuan komposisi, dan elusidasi strukturnya. Berdasarkan tujuannya, analisis
kimia dapat diklasifikasikan menjadi analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Bila ditinjau dasar analisisnya maka dapat analisis digolongkan menjadi
analisis konvensional (analisis kimia) dan analisis modern (instrumental). Berdasarkan
jumlah sampel, analisis dibedakan
1) analisis makro:
massa sampel > 0,1 g,
2) analisis semimikro:
massa sampel 0,1-0,01
3) analisis mikro:
massa sampel 0,01-0,001 g
4) analisis
ultramikro/submikro: massa sampel <0,001 g
Kimia Analitik
adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari mengenai cara-cara penganalisaan zat
kimia yang terdapat dalam suatu sampel yang akan dianalisa baik jenis maupun
kadarnya. Analitik dibagi menjadi dua golongan yakni kimia
analitik kualitatif dan kimia analitik kuantitatif.
Analisis kualitatif merupakan suatu metode untuk menentukan jenis senyawa melalui sifat-sifat fisiknya. Analisa kualitatif dapat dilakukan pada bermacam-macam skala. Dalam analisis makro kuantitas zat yang dikerjakan adalah 0,5-1 gram dan volume larutan yang diambil untuk analisi 20 ml. dalam apa yang biasa disebut analisis semimikro, kuantitas yang digunakan untuk analisis dikurangi dengan faktor 0,1-0,05, yakni sekitar 0,05 gram dan volume larutan sekitar 1 ml. untuk analisis mikro faktor itu adalah 0,01 atau kurang. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan berbagai metode, yaitu reaksi kering dan reaksi basah. Reaksi kering dapat dilakukan dengan pemanasan, uji pipa-tiup, uji nyala. Reaksi basah diantaranya reaksi pengendapan, reaksi asam basa, reaksi redoks dan reaksi pembentukan kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Buchari. 1990. Analisis Instrumentasi Bagian
I: Tinjauan Umum dan Analisis Elektrometri. Bandung: ITB.
Hadyana, A dan Ir. L setiono. 1994.
Kimia Analisis Kuantitatif
Anorganik. Pengarang asli oleh J. Basset., R.C.
Denney., G.H. Jeffery., J. Medham. Buku
kedokteran EGC. Jakarta.
Khopkar, 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik.
Jakarta: UI-Press
Rubinson, Judith F & Rubinson, Kenneth A, 1998. Contemporary in
Analytical Chemistry. Toronto: John Wiley & Sons
Svehla, G. 1985. VOGEL I : Buku
Teks Analisis Kualitatif Makro dan Semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka
Ulfah, Muthia. 2012. https://muthiaura.wordpress.com/2012/03/06/analisis-kimia-kualitatif-i-3/ diakses
tanggal 24 September 2017
Utami, Diastuti. 2015. Aplikasi Pohon
Keputusan dalam Penentuan Kation dengan Analisis Kualitatif Inorganik. Makalah
IF2120 Matematika Diskrit – Sem. I Tahun 2015/2016.
W. Haryadi. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Jakarta: Gramedia.