Topik 3. Elaborasi Pemahaman PSE (Pembelajaran Sosial Emosional)

                                                                Topik 3. Elaborasi Pemahaman

Social Emotional Learning

Setelah melakukan role play dan mengamati jalannya proses role play, sekarang saatnya kita mendiskusikan dan mengevaluasi bagian mana yang sudah baik dan masih kurang dalam proses role play tersebut.

Pertanyaan pemantik untuk diskusi:

1.        Apa saja hal-hal yang sudah baik dilakukan dalam proses role play tersebut?

Jawaban:

Dalam kegiatan role play yang telah dilakukan, guru model sangat baik dalam memberikan motivasi di awal pembelajaran. Hal tersebut menimbulkan semangat belajar yang tinggi bagi peserta didik untuk mengikut pembelajaran, Dilanjutkan dengan pemberian stimulus yang merangsang ingin tahu peserta didik dan dilanjutkan dengan memberikan solusi berupa melakukan percobaan. Kegiatan ini dibimbing guru dengan sangat baik. Sampai pada kegiatan analisa data setelah praktikum yang menciptakan diskusi menarik untuk setiap kelompok.

 

2.        Apa saja hal-hal yang masih belum maksimal dilakukan dalam proses role play tersebut?

Jawaban:

Yang belum maksimal dilakukan dalam role play yaitu belum adanya kegiatan kesimpulan di akhir pembelajaran dikarenakan keterbatasan waktu dan banyaknya peserta didik yang antusias untuk bertanya kepada guru bahkan sampai pembelajaran telah ditutup oleh guru.

 

3.        Bagaimana sebaiknya saya dapat membuat metode dan siklus lebih sinkron satu sama lain?

Jawaban:

Perlu melakukan analisa terkait CP pada topik yang akan diambil dan melakukan analisa terkait karakteristik materi pada topik tersebut sehingga dapat menetapkan tujuan yang jelas terkait apa yang ingin dipelajari dari pengalaman yang akan diberikan kepada peserta didik. Dari hal tersebut, kemudian guru menentukan asesmen yang akan digunakan. Selanjutnya guru menentukan model dan metode yang tepat untuk menerapkan siklus dari experiential learning. Hal yang dilakukan selanjutnya yaitu merancang kegiatan yang akan dilakukan dengan mengintegrasikan kompetensi SEL yang tepat dan mengikuti siklus experiential learning.

 

4.        Bagaimana saya menempatkan pihak terkait seperti rekan sejawat dan orangtua dalam proses experiential learning?

Jawaban:

Saya menempatkan rekan sejawat sebagai partner dalam merancang dan memberikan umpan balik terkait experiential learning. Perancangan yang dilakukan dengan teman sejawat menemukan ide-ide baru mengenai aktivitas yang akan saya masukkan dalam untuk rancangan pembelajaran.

Selain itu pula, rekan sejawat dan orang tua berperan penting sebagai fasilitator dalam kegiatan experiential learning. Misalnya seperti meminta peserta didik untuk menanyakan kepada orang tua perempuan atau rekan guru terkait pertanyaan berikut: a) apakah Ibu pernah mengempukkan daging menggunakan daun pepaya atau buah nanas? b) bagaimana hasil daging yang diberi perlakuan tersebut? c) apakah Ibu mengetahui mengapa daun pepaya atau buah nanas dapat mengempukkan daging?

Kegiatan yang melibatkan orang tua dan guru lainnya dapat meningkatkan hubungan yang baik antara peserta didik dengan orang tua maupun guru-guru, meningkatkan motivasi dan keterlibatan peserta didik, memberikan peserta didik berbagai perspektif dan pengalaman serta meningkatkan keterampilan kolaborasi dan komunikasi peserta didik.

 

5.        Hal apa yang sebaiknya saya rencanakan untuk memaksimalkan proses experiential learning tersebut?

Jawaban:

Untuk memaksimalkan proses experiential learning, saya lakukan dengan cara-cara berikut.

·         Perlu melakukan analisa terkait CP pada topik yang akan diambil dan melakukan analisa terkait karakteristik materi pada topik tersebut sehingga dapat menetapkan tujuan yang jelas terkait apa yang ingin dipelajari dari pengalaman yang akan diberikan kepada peserta didik.

·         Merancang kegiatan dengan memperhatikan komponen SEL dan siklus experiential learning dan keterlibatkan rekan sejawat dan orang tua.

·         Rancang pengalaman yang menarik dan menantang bagi peserta didik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna.

·         Mempersiapkan materi dan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung pengalaman.

·         Setelah pembelajaran, saya lakukan dengan meminta rekan guru untuk memberikan umpan balik dan melakukan refleksi sehingga dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan experiential learning yang telah dilakukan.

 

6.        Bagaimana sebaiknya saya merefleksikan pemahaman saya dalam revisi RPP saya?

Jawaban:

Untuk merefleksikan pemahaman saya dalam revisi RPP, saya dapat menanyakan kepada diri saya sendiri terkait pertanyaan-pertanyaan berikut:

·            Apakah saya memahami tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?

·            Apakah kegiatan pembelajaran yang saya rancang sesuai dengan tujuan pembelajaran?

·            Apakah metode penilaian yang saya gunakan tepat untuk mengukur pencapaian tujuan pembelajaran?

·            Apakah sumber belajar yang saya pilih memadai dan mudah diakses oleh peserta didik?

Dengan menanyakan sendiri hal-hal tersebut membuat saya lebih menyadari kekurangan dan kelebihan RPP yang saya rancang sehingga saya dapat melakukan revisi RPP secara menyeluruh. Hal selanjutnya yang saya lakukan yaitu menghubungkan revisi RPP dengan praktik pembelajaran yang telah dilakukan, yaitu dengan mengingat kembali apakah ada kegiatan yang sudah dan kurang tepat dilakukan selama praktik pembelajaran. Selain itu saya juga meminta masukkan dari teman sejawat saya untuk meninjau RPP yang telah direvisi dan meminta untuk diberikan masukkan. Masukan dari orang lain dapat membantu mengidentifikasi kekurangan dan potensi perbaikan dalam RPP saya.

Lembar Kerja 3.2 Experiential Learning

 Lembar Kerja 3.2 Experiential Learning

1.        Apa yang dimaksud dengan experiential learning?

Jawab:

Experiential learning adalah suatu pembelajaran yang mengutamakan pengalaman langsung peserta didik dalam mempelajari suatu konsep atau keterampilan. Metode ini mengajarkan peserta didik untuk belajar melalui pengalaman nyata dan langsung yang melibatkan interaksi mereka dengan dunia nyata, sehingga peserta didik dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam dan keterampilan yang lebih luas. Dalam experiential learning, peserta didik terlibat dalam aktivitas atau proyek yang mengharuskan mereka untuk berpikir, merencanakan, melakukan, dan merefleksikan tindakan mereka. Tujuan dari metode ini adalah untuk meningkatkan pemahaman peserta didik tentang materi yang dipelajari, serta mengembangkan keterampilan seperti berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kepemimpinan.

Experiential Learning melibatkan dua cara mendapatkan pengetahuan yaitu Concrete experience (pengalaman konkret) dan Abstract Conceptualization (Konseptualisasi abstrak). SEL juga melibatkan dua cara transformasi pengetahuan yaitu Reflective observation (observasi reflektif) dan active experimentation (Eksperimentasi aktif), dimana individu melakukan observasi dan bisa menjelaskan peristiwa yang terjadi disertai pemahaman, dan kemudian aktif mempraktikkan.

 

2.        Bagaimana peran guru dalam experiential learning?

Jawab:

Guru berperan sebagai fasilitator, guru juga berperan merancang pengalaman belajar yang bermakna. Dalam kegiatan merancang tersebut, penting bagi guru untuk merancang pembelajaran yang kreatif sehingga dapat menjadi pendorong kreativitas peserta didik. Untuk dapat merancang pengalaman belajar yang bermakna, guru perlu memberikan materi sesuai dengan tuntutan zaman. Guru juga bertanggung jawab memberikan umpan balik pada peserta didik dan menjadi teladan dalam hal mengembangkan pengetahuan.

 

3.        Bagaimana model holistic pembelajaran dari Kolb?

Jawab:

Model holistic dalam proses pembelajaran menekankan peserta didik untuk aktif mengembangkan dirinya melalui pengalaman nyata dan menjadi peran utama dalam proses pembelajaran. Model ini menekankan pentingnya pengalaman langsung, refleksi, pembentukan konsep, dan penerapan dalam situasi nyata untuk menciptakan siklus pembelajaran yang berkelanjutan. Model holistic pembelajaran dari Kolb, yang disebut juga siklus pembelajaran Kolb, terdiri dari empat langkah yang saling terkait: pengalaman konkret (concreate experience), refleksi observasional (reflection observation), konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization), dan eksperimen aktif (active experimentation). Berikut masing-masing penjelasannya.

a.       Concreate experience

Pengalaman konkret adalah tahap pertama dalam proses Experiential Learning yang melibatkan pengalaman langsung dan nyata. Pada tahap ini, peserta didik terlibat dalam situasi yang memerlukan interaksi, tindakan, dan pengamatan langsung. Pengalaman konkret dapat berupa kegiatan lapangan, simulasi, atau pengalaman langsung dalam situasi nyata.

Tujuan dari pengalaman konkret adalah untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengalami pembelajaran langsung dan praktis. Dalam situasi pengalaman konkret, peserta didik dapat memperoleh pengalaman yang tidak dapat diperoleh melalui pembelajaran teori atau pengamatan dari luar. Mereka dapat merasakan pengalaman yang sebenarnya dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang situasi yang mereka hadapi.

b.      Reflection observation

Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mempertimbangkan kembali pengalaman yang telah mereka alami, mengevaluasi apa yang telah mereka pelajari, dan mengidentifikasi bagaimana pengalaman tersebut dapat membantu mereka dalam konteks yang lebih luas. Tujuan dari tahap refleksi adalah untuk membantu peserta didik memperdalam pemahaman mereka tentang pengalaman yang mereka alami. Dengan merenungkan kembali pengalaman konkret, peserta didik dapat mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang diri mereka sendiri, belajar dari kesalahan yang telah mereka buat, dan memperoleh keterampilan dan pemahaman yang lebih luas.

c.       Abstract conceptualization

Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengidentifikasi pola dan tema yang muncul dari pengalaman konkret dan refleksi mereka, dan kemudian menghubungkannya dengan konsep-konsep yang relevan dalam bidang studi atau pekerjaan mereka. Tujuan dari tahap konseptualisasi adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan pemahaman yang lebih luas tentang konsep-konsep yang terkait dengan pengalaman konkret mereka, dan untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan untuk menghubungkan pengalaman konkret mereka dengan konsep-konsep tersebut. Dalam melakukan konseptualisasi, peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana konsep-konsep yang terkait dengan pengalaman konkret mereka dapat diterapkan dalam kehidupan dan karir mereka.

d.      Active experimentation

Pada tahap ini, peserta didik memiliki kesempatan untuk mencoba berbagai strategi dan tindakan baru yang didasarkan pada pemahaman dan konsep-konsep yang mereka pelajari dari pengalaman konkret mereka. Tujuan dari tahap implementasi adalah untuk membantu peserta didik mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri yang lebih besar dalam menghadapi tantangan dan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dan karir mereka. Dengan menerapkan pemahaman dan konsep-konsep yang mereka pelajari dari pengalaman konkret mereka, peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang cara kerja bidang studi atau pekerjaan mereka, dan mengembangkan keterampilan yang lebih efektif dalam menangani situasi yang berbeda.

 

 

 

 

 

4.        Tuliskan hal-hal yang sudah Anda ketahui sebelumnya mengenai experiential learning!

Jawab:

Sebelumnya, saya sudah mengetahui bahwa experiential learning adalah pendekatan pembelajaran yang efektif dalam memfasilitasi pemahaman dan penerapan konsep-konsep baru. Saya juga sudah mengetahui bahwa model siklus pembelajaran Kolb merupakan salah satu pendekatan utama dalam experiential learning, yang menekankan pentingnya pengalaman langsung, refleksi, konseptualisasi, dan penerapan. Pembelajaran experiential learning adalah belajar dari pengalaman atau learning by doing, sebagaimana guru terbaik adalah pengalaman.


 

5.        Tuliskan hal-hal baru yang Anda pelajari dari video yang telah diberikan tautannya pada Anda sebelumnya!

Jawab:

Pada video 1 membahas tentang Kolb Learning Cycle. Dimana siklus belajar menurut experiental learning dimulai dari sebuah pengalaman konkret (Concreate Experience) yang dilanjutkan proses refleksi dan observasi (Reflective Observation) terhadap pengalaman tersebut. Hasil refleksi ini akan diasimilasi/diakomodasi dalam struktur kognitif (Abstact Conceptualization), selanjutnya dirumuskan suatu hipotesis baru untuk diuji kembali pada situasi (Active Experimentation). Hasil eksperimen akan menuntun kembali pembelajaran menuju tahap pengalaman konkret (Concreate Experience).

Pada video 2 membahas tentang learning by doing dimana untuk mempelajari hal-hal yang kita belum ketahui sebelumnya dapat dilakukan dengan mempraktekkan secara langsung. Pembelajaran ini dilakukan dengan mengikuti siklus dari experiential learning yaitu doing, reflecting, dan applying.  Model pembelajaran learning by doing ini terdiri dari 5 tahapan yaitu experience, share, process, generalize, apply, dan kemudian kembali ke tahap awal yaitu experience.


6.        Apa hal-hal yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?

Jawab:

Yang ingin saya ketahui lebih lanjut yaitu hubungan antara experiential learning dengan sosial emosional dan pengaruhnya terhadap pembelajaran serta strategi yang tepat dalam merancang dan mengimplementasi experiential learning

 

Kesimpulan

Experiential learning ini menempatkan pengalaman langsung sebagai inti dari proses pembelajaran. Dalam konteks ini, guru berperan sebagai fasilitator yang merancang pengalaman belajar yang bermakna dan kreatif, sementara peserta didik terlibat secara aktif dalam pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi, dan penerapan konsep dalam situasi nyata. Model siklus pembelajaran Kolb, yang menekankan empat tahap tersebut, menjadi landasan utama dalam pendekatan ini.

Melalui experiential learning, peserta didik tidak hanya memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang materi yang dipelajari, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang relevan dan berguna dalam kehidupan dan karier mereka. Namun, tantangan dalam merancang dan mengimplementasikan experiential learning melibatkan pemahaman yang mendalam tentang aspek sosial-emosional peserta didik dan strategi yang efektif untuk menghadapinya. Sebagai mahasiswa, penting untuk memahami secara menyeluruh konsep-konsep ini dan mencari cara untuk mengaplikasikannya dalam pembelajaran dan pengembangan diri secara efektif.